PERENCANAAN, TUJUAN DAN PEMBUATAN KEPUTUSAN
A. Perencanaan
Perencanaan
diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi, sebab
perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil
suatu keputusan dan tinsdakan. Perencanaan diperlukan dalam setiap jenis
kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan
dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen,
karena fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan
keputusan-keputusan yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
B. Batasan Perencanaan
Menurut
Newman perencanaan (planning) is deciding in advance what is to be
done. Sedangkan menurut A.Allen planning is the determination of a
course of action to achieve a desired result. Pada dasarnya yang
dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When) dimana (
When ) mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu
fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan
kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan,
kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan.
C. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur perencanaan yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
D. Sifat Rencana Yang Baik
Rencana yang baik harus memuat sifat-sifat sebagai berikut :
1.
Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas dalam arti mudah dipahami
oleh yang menerima sehingga penafsiran yang berbeda-beda dapat
ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya bila ada perubahan keadaan maka tidak
semua rencana dirubah dan dimungkinkan diadakan penyesuaian-penyesuaian
saja. Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain
dari yang direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali
rencana mengalami perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya setiap
rencana harus ada dalam perimbangan.
4. Ada dalam perimbangan berarti
bahwa pemberian waktu dan factor-faktor produksi kepada siapa tujuan
organisasi seimbang dengan kebutuhan.
5. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.
E. Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan tugas dan tujuan
Antara
tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat
difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan
tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang
tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan
factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan
(Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa
terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor
yang tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan dalam
pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat diurut
atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya yang
dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa
yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang
ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan
tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai
kelemahan-kelemahan.
F. Siapa Pembuat Rencana ?
1. Panitia Perencanaan
Panitia
ini terdiri dari beberapa unsure yang mewakili beberapa pihak, yang
masing-masing membawakan misinya untuk menghasilkan suatu rencana,
dengan harapan rencana yang dibuat akan lebih baik.
2. Bagian Perencanaan
Seringkali
tugas perencanaan, merupakan tugas rutin dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Ini merupakan satu unit dalam suatu organisasi yang bertugas
khusus membuat rencana. Jadi disini tidak ada unsur perwakilan yang
mewakili suatu bagian dalam organisasi.
3. Tenaga Staf
Pada sebuah organisasi atau perusahaan ada dua kelompok fungsional yaitu :
- Pelaksana, tidak disamakan dengan pimpinan yaitu kelompok yang langsung menangani pekerjaan
-
Staf (pemikir) yaitu kelompok yang tidak secara langsung menghasilkan
barang atau produk perusahaan, tugasnya menganalisa fakta-fakta untuk
kemudian merencanakan sesuatu guna.
G. Bentuk-bentuk Perencanaan
1. Recana Global (Global Plan)
Analisa penyusunan recana global terdiri atas:
- Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan
- Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan.
- Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi
- Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi
2. Rencana Stategik (Strategic Plan)
Bagian
dari rencana global yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun
kerangka kerja yang akan dilakukan untuk mencapai rencana global,
dimensi waktunya adalang jangka panjang. Dalam pencapaiannya dilakukan
dengan system prioritas. Mana yang akan dicapai terlebih dahulu.
Merupakan
proses prencanaan jangka panjang yang tersusun dan digunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Tiga alas an penggunaan
perencanaan strategic ini yaitu :
1. Memberikan kerangka dasar bagi perencanaan lainnya yang akan dilakukan
2. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
3. Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan manajer dan organisasi.
3. Rencana Operasional ( Operational Plan )
Rencana ini meliputi perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan operasional dan bersifat jangka pendek.
-
Rencana sekali pakai ( single use plan ) yaitu kegiatan yang tidak
digunakan lagi setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya lebih
terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan
mesin komputer dalam suatu perusahaan.
- Rencana Tetap ( Standing
Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar untuk
penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih dahulu
dan akan terjadi berulang-ulang.
H. Tujuan Organisasi ( Organization Goal )
Dua unsur dari pada tujuan yaitu :
1. Hasil akhir yang ingin dicapai
2. Kegiatan yang dilakukan saat ini untuk mencapai tujuan tersebut
Dalam buku Manullang Davis membagi tujuan menjadi tiga jenis yaitu :
1.
Tujuan primer berupa nilai ekonomis yang diberikan baik langsung
ataupun tidak langsung kepada masyarakat dalam pembuatan barang dan
jasa.
2. Tujuan kolateralnilai umum dalam pengertian luas demi kebaikan masyarakat
3. Tujuan Skunder, berkenaan dengan nilai ekonomis dan efektifitas dalam pencapaian tujuan diatas.
I. Bentuk-bentuk Tujuan
Parrow membagi tujuan menjadi lima bentuk :
1. Sociental Goals, dibagi menjadi bagian-bagian karena organisasi sifatnya luas untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
2. Output Goals, menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen dalam bentuk konsumsi.
3. System Goals, pelaksanaan semua fungsi organisasi dilakukan dengan system yang biasa digunakan dalam organisasi tersebut.
4. Product Goals, berdasarkan pada produk yang dihasilkan oleh organisasi atau perusahaan.
5. Derived Goals, dihubungkan dan didasarkan pada tujuan-tujuan lainnya yang ada dalam organisasi,
J. Fungsi Tujuan
1.
Sebagai dasar dan patokan bagi kegiatan-kegiatan yang ada dalam
organisasi baik pengarahan, penyaluran usaha-usaha maupun kegiatan dari
para anggota organisasi tersebut tanpa kecuali.
2. Sumber legitimasi
dengan meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan guna
mendapatkan sumber daya yang diperlukan dalam proses produksi dan
mendapatkan dukungan dari lingkungan yang berada di sekitarnya.
3.
Sebagai standar pelaksanaan dengan melaksanakan diri pada tujuan yang
akan dicapai yang dibuat secara jelas dan dapat dipahami oleh anggota
lainnya.
4. Sumber motivasi untuk mendorong anggota lainnya dalam
melaksanakan tugasnya, misal dengan memberikan insentif bagi anggota
yang melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di atas
standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat mendorong anggota
lainnya.
5. Sebagai unsur rasional perusahaan, karena tujuan ini merupakan dasar perancangan dari organisasi.
Peter Drucker menetapkan delapan unsur yang harus ada dalam suatu organisasi di dalam menetapkan tujuan, yaitu :
1.
Posisi pasar, berapa market share yang dapat dikuasai oleh perusahaan,
hal ini dengan melihat berapa besar langganan dan produk yang dapat
dikuasai, segmen pasar dan saluran distribusi yang digunakan.
2.
Produktivitas, yaitu dengan menghitung antar input yang digunakan dengan
output yang dicapai, yang merupakan efisiensi perusahaan.
3.
Sumberdaya pisik dan keuangan, dengan memperhatikan teknologi yang
digunakan dan sumberdaya yang diperlukan dihubungkan dengan besarnya
posisi keuangan yang dimiliki.
4. Profitabilitas, pencapaian tujuan
yang dihitung dengan berapa rupiah yang diterima dengan melakukan riset
and develop-ment, tersedianya kapital untuk renovasi teknologi dan
kompensasi yang diterima.
5. Inovasi, yaitu pembaharuan-pembaharuan
yang dilaksanakan dengan mengeluarkan produk baru, teknologi yang lebih
canggih misalnya, yang didasarkan pada kebutuhan yang terus bertambah.
6. Prestasi dan pengembangan manajer, dengan memperhatikan pada kualitas manajemen untuk pengembangan para manajer.
7.
Prestasi dan sikap karyawan, dengan menetapkan tujuan-tujuan yang
menyangkut faktor-faktor karyawan dalam pencapaian efektifitas kerja.
8.
Tanggung jawab solusi dan publik, guna menangani gejolak yang terjadi
di perusahaan yang dilakukan oleh para karyawan berupa pemogokan ataupun
unjuk rasa, hukum, pemerintah dan kelompok masyarakat lainnya.
K. Management Bay Objective ( MBO )
Pertama
kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of
Management pada tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut
sebagai manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil
(Management by Result), Goals management, Work planning and review dan
lain sebagainya yang pada intinya sama.
Management by objective
menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang
efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun
informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan
dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan
peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO
singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi yang
melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi
yang dirumuskan dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur
dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi pengoperasian satuan
kerja.
L. Sistem Management By Objective Yang Efektif
1.
Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia
harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan
menilainya.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan
dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan
bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh
manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan
organisasi secara keseluruhan.
3. Tujuan perseorangan, dimana antara
manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab
terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan
dicapai.
4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar
partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan
tercapai.
5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan
manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
program-program pencapaian tujuannya.
6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.
M. Kebaikan dan Kelemahan MBO
Kebaikan : Kelemahan :
1. Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari organisasi.
2. Membantu manajer membuat tujuan dan sasaran.
3. Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan
4. Membuat proses evaluasi. 1. Kelemahan yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan biaya yang besar.
2. Dalam hal pengembangan dan implementasi program-program MBO.
N. Unsur-unsur Efektivitas MBO
1. Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.
2.
Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun
juga, sehingga tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi
kerja dari manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.
3. Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.
4.
Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini
berjalan, maka semua pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya
dengan tujuan yang akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.
O. Bentuk-bentuk Pembuatan Keputusan ( Decision Making )
Pembuatan
keputusan yaitu proses serangkaian kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyelesaian suatu masalah. Pembuatan keputusan ini dilakukan oleh
setiap jabatan dalam organisasi. Manajer akan membantu keputusan yang
berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula.
Bentuk keputusan
ini bisa berupa keputusan yang diprogram (Programmed decisions) atau
tidak, bisa juga dibedakan antara keputusan yang dibuat di bawah kondisi
kepastian, resiko dan ketidak pastian.
Keputusan terprogram yaitu
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang
terjadi secara rutin dan berulang-ulang. Contoh : penetapan gaji
pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang
kepegawaian dan sebagainya.
Keputusan tidak terprogram
(non-programmed decisions), yaitu keputusan yang dibuat karena
terjadinya masalah-masalah khusus atau tidak biasanya. Contoh :
pengalokasian sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot
tajam, pemakaian teknologi yang termodern, dan lain sebagainya.
Keputusan
dengan kepastian, resiko dan ketidak-pastian, ini tergantung dari
beberapa aspek yang tidak dapat diperkirakan dan dipastikan sebelumnya,
seperti reaksi pesaing, perubahan perekonomian, perubahan teknologi,
perilaku konsumen dan lain sebagainya. Oleh karena itu ini terbagi dalam
tiga jenis situasi, yaitu :
Kepastian (certainty), yaitu dengan
diketahuinya keaaan yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena
tersedianya informasi yang akurat dan responsibility.
Resiko (risk),
yaitu dengan diketahuinya kesempatan atau probabilitas setiap
kemungkinan yang akan terjadi serta hasilnya, tetapi informasi yang
lengkap tidak dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Ketidak
pastian (uncertainty), dimana manajer tidak mengetahui probabilitas yang
dimiliki serta tidak diketahuinya situasi yang akan terjadi diwaktu
mendatang, karena tidak mempunyai informasi yang dibutuhkan. Umumnya ini
menyangkut keputusan yang kritis dan paling menarik.
P. Proses Pembuatan Keputusan
1. Pemahaman dan Perumusan Masalah
Manajer
harus dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya, dan menentukan
bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang seharusnya
dipecahkan.
2. Pengumpuland an Analisa Data yang Relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak kecenderungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang efektif.
4. Pengevaluasian terhadap alternatif yang digunakan
Menilai
efektivitas dari alternatif yang dipakai, yang diukur dengan
menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan alternatif yang
realistic serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil dapat
membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan Alternatif Terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan ketidak sempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6. Implementasi Keputusan
Manajer
harus menetapkan anggaran, mengadakan dan mengalokasikan sumber daya
yang diperlukan, serta memperhatikan resiko dan ketidak puasan terhadap
keputusan yang diambil. Sehingga perlu dibuat prosedur laporan kemajuan
periodic dan mempersiapkan tindakan korektif bila timbul masalah baru
dalam keputusan yang dibuat serta mempersiapkan peringatan dini atas
segala kemungkinan yang terjadi.
7. Evaluasi atas Hasil Keputusan
Implementasi
yang telah diambil harus selalu dimonitor terus-menerus, apakah
berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.
Q. Keterlibatan Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan
Keterlibatan
bawahan dalam pembuatan keputusan dapat bersifat resmi missal dengan
pembuatan kelompok, bisa juga bersifat tidak resmi missal dengan meminta
gagasan dan saran-saran. Pembuatan keputusan yang didasarkan pada sifat
formal lebih efektif karena banyak masukan-masukan pengetahuan yang
lainnya. karakteristik situasi keputusan dan gaya pembuatan keputusan
manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah pembuatan keputusan
dilakukan secara kelompok atau tidak.
R. Metode Kuantitatif Dalam Pembuatan Keputusan
Operasi
organisasi semakin komplek dan mahal, sehingga semakin sulit dan
penting manajer dalam membuat rencana dan keputusan. Untuk itu
diperlukan bantuan berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Teknik dan
peralatan kuantitatif pembuatan keputusan dikenal dengan nama teknik
management science dan operations research. Riset operasi menggambarkan,
memahami, dan memperkirakan perilaku berbagai sistem yang komplek dalam
kehidupan manusia. Tujuannya menyediakan informasi yang akurat.
keep Romantic
Kamis, 28 November 2013
organisasi birokrasi
ilmu
sosiologi
Konsep-konsep
tentang organisasi sebenarnya telah berkembang mulai tahun 1800-an, dan
konsep-konsep ini sekarang dikenal sebagai teori klasik (classical theory
) atau bisa disebut dengan teori tradisional. Teori klasik berkembang dalam tiga
aliran yaitu : Teori birokrasi , Teori administrasi, dan manajemen alamiah.
Birokrasi dikembangkan dari ilmu sosiologi, sedangkan teori administrasi dan
manajemen ilmiah dikembangkan langsung dari pengalaman praktek manajemen. Teori
administrasi memusatkan diri pada aspek makro dari organisasi. Aliran manajemen
ilmiah lebih menekankan pada karyawan dan mandor dalam kegiatan perusahaan,
atau elemen mikro sebagai suatu bagian dari proses kerja. Teori klasik
mendefinisikan organisasi
sebagai struktur hubungan, kekuassan-kekuasaan, tujuan-tujuan, peranan-peranan,
kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor lain yang terjadi bila orang
bekerjasama.
- TEORI BIROKRASI
Teori ini dikemukakan secara jelas. Model organisasi birokrasi ini mempunyai
karakteristik – karakteristik structural tertentu yang dapat dikemukakan di
setiap organisasi kompleks dan modern. Weber mengemukakan
karakteristik-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1.
Pembagian kerja yang jelas.
2.
Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik.
3.
Program rasional dalam pencapaian.
4.
Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja.
5.
Sistem aturan yang mencangkup hak-hak dan kewajiban- kewajiban posisi
para pemegang jabatan.
6.
Hubungan-hubungan antar pribadi yang sifatnya “impersonal”.
Jadi
birokrasi adalah sebuah model organisasi normative, yang menekankan struktur
dalam organisasi.
- TEORI ADMINISTRASI
Teori
administrasi adalah bagian kedua dari teori organisasi klasik. Teori ini sebagian
besar dikembangkan atas dasar sumbangan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari
Eropa, serta Mooney dan Reiley di Amerika.
Henry Fayol
Henry
Fayol seorang industralis dari perancis pada tahun 1916 telah menulis
masalah-masalah tehnik dan administrasi dalam bukunya yang terkenal Administration
Industrielle et Generale (Administrasi Industri dan Umum). Fayol menyatakan
bahwa semua kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi menjadi 6(enam) kelompok
:
1.
Kegiatan-kegiatan tehnikal
2.
Kegiatan-kegiatan komersial
3.
Kegiatan-kegiatan financial
4.
Kegiatan-kegiatan keamanan
5.
Kegiatan-kegiatan akutansi
6.
Kegiatan-kegiatan manajerial
Fayol
juga mengemukakan dan membahas 14 (empat belas) kaidah manajemen yang menjadi
dasar perkembangan teori administrasi, yaitu :
1.
Pembagian kerja (division work)
2.
Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
3.
Disiplin (discipline)
4.
Kesatuan perintah (unity of command)
5.
Kesatuan pengarahan (unity of direction)
6.
Mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi (subordination of
individual interest to general interest)
7.
Balas jasa (remuneration of personnel)
8.
Sentralisasi (centralization)
9.
Rantai scalar (scalar chain)
10.
Aturan (order)
11.
Keadilan (equity)
12.
Kelanggengan personalia (stability of tenure of personnel)
13.
Inisiatif (initiative)
14.
Semangat korps (esprit de corps)
Disamping
itu, fayol memerinci fungsi-fungsi kegiatan administrasi menjadi “elemen-elemen
manajemen” yang juga dikenal dengan Fayol’s Functionalism atau teori
fungsionalisme Fayol , yaitu :
1.
Perencanaan (planning),
2.
Pengorganisasian (organizing),
3.
Pemberian perintah (commanding),
4.
Pengkoordinasian (coordinating), dan
5.
Pengawasan (controlling)
Mengapa saya memilih Teori Manajemen Klasik?
Karena
teori manajemen klasik mementingkan pada aspek struktur dan
fungsi. Bahwa untuk mencapai efisiensi yang tinggi, maka struktur
organisasi harus stabil. Semakin stabil maka semakin efisien, sehingga
struktur-struktur dan fungsi cenderung selalu tetap/tidak berubah. Dua bentuk
organisasi yang popular dalam teori ini adalah organisasi social dan formal.
Dalam organisasi social, perbedaan-perbedaan status social mengembangkan suatu
hirarki dalam struktur sosial yang menempatkan figure-figur tertentu dalam
posisi penting, yang biasanya dipertahankan bahkan dikultuskan.
Demikian
pula dalam organisasi formal atau birokrasi. Struktur dibentuk secara hirarkis
(vertical) dengan sistem lini dan staf atau sistem garis komando dalam militer.
Tujuannya adalah efisiensi. Teori ini melihat organisasi sebagai ‘organisasi’
(sangat obyektivis), dimana struktur dan kekuasaan yang stabil sangat penting
dalam menghasilkan sesuatu. Hal-hal yang mengganggu kestabilan struktur dan
fungsi organisasi akan di-reduce seminimal mungkin, bahkan dihilangkan.
Kita
bisa lihat contoh paling nyata di negeri kita, yaitu Indonesia pada zaman orde
baru yang senantiasa mementingkan kestabilan ekonomi, politik dan keamanan,
sehingga siapapun atau apapun yang dapat mengganggu kestabilan Negara pasti
disingkirkan. Pejabat-pejabat dan posisi strategis selalu ditentukan dari atas
untuk menjaga kestabilan tersebut. Organisasi-organisasi yang mengikuti teori
klasik ini tidak bisa mengakomodir kreativitas dan dinamika, karena organisasi
hanya ingin ‘mencari aman’ saja.
Contoh
lain dalam dunia bisnis banyak dijumpai pada perusahaan-perusahan keluarga yang
cenderung mempertahankan nilai-nilai leluhur yang bergaya tradisional. Demikian
pula pada perusahaan-perusahaan BUMN yang banyak dikontrol oleh pemerintah. Tak
heran organisasi-organisasi ini cenderung kaku, sulit berkembang dan bersifat
mekanis (seperti mesin).
Perencanaan pendidikan
Definisi
Perencanaan
- Perencanaaan adalah suatu proses yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan pada masa yang akan datang. (Conyers dan Hills, 1994)
- Perencanaan adalah suatu proses antisipasi tentang kejadian dan kondisi masa mendatang, dan menentukan upaya terbaik untuk pencapaian tersebut.(Haryono Wicaksono dan Euis Hernawati,
- Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaiman pencapaiannya.(Stoner dan Walker, 1986)
- Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk melaksanakan tindakan-tindakan kemudian. (Abdulrachamn, 1993)
- Perencanaan itu mecakup suatu pemikiran yang sadar, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, penggunaan sumber daya, dan tindakan yang akan dilaksanakan.
~ Definisi
Pendidikan
- Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. (Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232)
- Menurut bahasa Yunani : pendidikan berasal dari kata “Pedagogi” yaitu kata “paid” artinya “anak” sedangkan “agogos” yang artinya membimbing “sehingga “ pedagogi” dapat di artikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak”.
- Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
- Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. (Wikipedia)
- Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
- Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi (fitrah) yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya (insan kamil).
- Pendidikan adalah sarana untuk mengembangkan diri akan pengetahuan yang belum kita ketahui tentunya, serta melatih kemampuan kita, mempersiapkan diri dengan kualitas yang dapat bersaing bukan hanya lokal tapi juga international.
- Pendidikan adalah ilmu yang wajib dipelajari sehingga seseorang tahu, mampu dan bermanfaat bagi alam semesta.
~ Definisi
Perencanaan Pendidikan
- Menurut Prof. Dr. Yusuf Enoch, Perencanaan Pendidikan, adalah suatu proses yang yang mempersiapkan seperangkat alternative keputusan bagi kegiatan masa depan yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dengan usaha yang optimal dan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada di bidang ekonomi, sosial budaya serta menyeluruh suatu Negara.
- Menurut Beeby, C.E, Perencanaan Pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan ke masa depan dalam hal menentukan kebijaksanaan prioritas, dan biaya pendidikan yang mempertimbangkan kenyataan kegiatan yang ada dalam bidang ekonomi, social, dan politik untuk mengembangkan potensi system pendidikan nasioanal memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh system tersebut.
- Menurut Guruge (1972), Perencanaan Pendidikan adalah proses mempersiapkan kegiatan di masa depan dalam bidang pembangunan pendidikan.
- Menurut Albert Waterson (Don Adam 1975), Perencanaan Pendidikan adala investasi pendidikan yang dapat dijalankan oleh kegiatan-kegiatan pembangunan lain yang di dasarkan atas pertimbangan ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
- Menurut Coombs (1982), Perencanaan pendidikan suatu penerapan yang rasional dianalisis sistematis proses perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakat.
- Menurut Y. Dror (1975), Perencanaan Pendidikan adalah suatu proses mempersiapkan seperangkat keputusan untuk kegiatan-kegiatan di masa depan yang di arahkan untuk mencapai tujuan-tujuan dengan cara-cara optimal untuk pembangunan ekonomi dan social secara menyeluruh dari suatu Negara.
Jadi,
definisi perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta memutuskan
dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asas) internal
yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam
bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain dalam pembangunan,
dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu
satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.
Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan
yang Efektif dan Efisien
Perencanaan pada hakekatnya
merupakan suatu proses yang mengarahkan sebagai usaha untuk mencapai suatu
tujuan. Perencanaan pembangunan nasional merupakan suatu proses yang
mengarahkan keseluruhan usaha yang melibatkan kemampuan serta pemanfaatan
sumber-sumber daya dan dana untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Pendidikan dan pelatihan sebagai proses sumber daya manusia yang akan
melaksanakan dan menikmati hasil pembangunan nasional haruslah sejalan dengan
proses untuk mencapai tujuan pembangunan nasional.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan
nasional harus diarahkan kepada pencapaian tujuan dan visi normatif pembangunan
nasional sebagaimana kekuatan internal serta kecenderungan-kecenderungan global
yang mempengaruhi arah pembangunan nasional dalam PJP II, maka kita dapat
merumuskan visi strategis mengenai pembangunan nasional kita. Dalam rangka
untuk mewujudkan visi strategis pembangunan nasional, maka perencanaan
pendidikan dan pelatihan yang sejalan dengan itu perlu dirumuskan. Perencanaan
pendidikan dan pelatihan tersebut tidak lain yaitu suatu proses perencanaan
yang efektif dan efisien yang mengandung 3 unsur pokok, yaitu : a) system, b)
materi pembelajaran dan pelatihan, c) proses pembelajaran dan pelatihan.
Dengan proses perencanaan pendidikan
dan pelatihan nasional yang demikian bukanlah semata-mata pencapaian target
kuantitatif tetapi juga bahkan terlebih berkenan dengan pembenahan system agar
supaya lebih efektif dan efisien, meningkatkan mutu proses pembelajaran dan
pelatihan, serta materi yang disampaikan di dalam proses. Tersebut bukan hanya
mempunyai kualitas yang tinggi tetapi juga relevan dengan tuntutan pembangunan
nasional.
B. Perencanaan Pendidikan dan
Pelatihan yang Efektif
Rencana yang efektif adalah rencana yang yang menunjang
pencapaian tujuan PJP II, khususnya tujuan strategis PJP II yang telah
dijadwalkan pada periode Repelita. Seperti yang dirumuskan, tujuan strategis
dari pembangunan PJP II yaitu : menyiapkan masyarakat industri maju. Suatu
masyarakat industri maju memiliki ciri-ciri yang khusus yaitu masyarakat yang
mengenal disiplin. Tanpa disiplin tidak mungkin industri maju yang menggunakan
unsur-unsur posisi tinggi berjalan tanpa disiplin. Disiplin dalam pekerjaan, di
dalam produksi dan di dalam kehidupan. Tidak ada suatu negara industri maju
tanpa kedisiplinan warganya. Oleh karena itu, perencanaan pendidikan dan
pelatihan haruslah diarahkan kepada tumbuhnya suatu masyarakat yang
berdisiplin.
Rencana yang telah disepakati haruslah dilaksanakan sesuai
dengan kesepakatan, menyampingkan tujuan-tujuan tambahan dan memfokuskan kepada
rencana yang telah ditentukan. Bukan berarti bahwa rencana yang telah
disepakati tidak dapat ditawar-tawar lagi. Penyesuaian suatu rencana hanya
dapat terjadi apabila kondisi meminta untuk perbaikan-perbaikan selama
pelaksanaan. Keterbatasan dana, ketidakmampuan pelaksana, kurang koordinasi di
lapangan dapat menyebabkan penyesuaian pelaksanaan.
Perencanaan pendidikan dan pelatihan diarahkan pada
pengembangan dan penguasaan IPTEK serta penerapannya. Berikutnya keterampilan
yang diprogramkan adalah keterampilan yang dibutuhkan di dalam pasar kerja oleh
dunia industri atau oleh kesempatan-kesenmpatan yang muncul karena kemajuan
ilmu dan teknologi kemudian perencanaan yang disajikan merupakan suatu rencana
yang melahirkan inisiatif.
Demikianlah proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang
efektif harus dapat menumbuhkan suatu system pendidikan dan perencanaan yang
mengakomodasikan lahirnya kemampuan-kemampuan yang diperlukan oleh suatu
masyarakat industri. Sistemnya haruslah efektif, artinya tidak ada duplikasi
serta program tanpa arah. Seluruh sistem diberdayakan agar secara cepat dan
tepat menunjang pencapaian tujuan PJP II. Hal ini berarti perencanaan
Ppendidikan dan pelatihan haruslah komprehensif, sebab sumber daya manusia yang
aka n dibutuhkan oleh semua sector pembangunan.
Selama PJP II tujuan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan
sehingga terjadi berbagai pemborosan dan bermuara kepada angka pengangguran
yang semakin besar. Pengangguran menandakan bukan hanya oleh factor-faktor
ekonomi, melainkan juga sebagai variable ketidakefektifan proses perencanaan
pendidikan dan pelatihan dalam membangun suatu system yang efektif.
Suatu proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang
efektif juga berkenaan dengan proses pembelajaran. Era informasi dengan cyber
learning akan mengubah seluruh proses belajar baik di dalam system
pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu, cyber
learning harus direncanakan dan dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam
rencana pendidikan dan pelatihan masa depan.
C. Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan yang Efisien
Efisien artinya penggunaan sumber-sumber secara tepat guna
dalam rangka pencapaian suatu tujuan. Dalam hubungan ini, proses perencanaan
yang efisien adalah proses perencanaan yang mempunyai karakteristik, antara
lain : efisiensi berimplikasi tanpa duplikasi berarti intensifikasi. Tetapi
apabila duplikasi tanpa kerjasama, maka hal itu dapat dikatakan pemborosan.
Dengan demikian proses perencanaan pendidikan dan pelatihan
akan dangkal sifatnya atau akan melenceng dari tujuan nasional karena tidak
memperhitungkan kepentingan sector-sektor lainnya. Oleh sebab itu, kerjasama
intern, instansi antar lembaga, antar departemen di dalam proses perencanaan
pendidikan dan pelatihan merupakan syarat mutlak. Proses kerjasama ini sudah
dapat diperlancar dengan adanya teknologi komunikasi yang canggih. Maka dari
itu, dapat dirumuskan secara lebih efisien serta lebih tepat dan cepat
program-program nasional yang mempunyai dimensi antar sektoral.
D. Keseimbangan antara Pendidikan dan Program Pelatihan
Kita telah merencanakan program pendidikan terpisah dari
program pelatihan. Namun di dalam era informasi di mana pendidikan merupakan
pendidikan seumur hidup, maka porsi umur yang diperuntukkan bagi program
pendidikan sekolah ialah singkat dibandingkan dengan porsi umur yang diberikan
kepada program pelatihan yang berjalan seumur hidup. Apabila karakteristik
pekerjaan masa depan yang dinamis akan memberikan relevansi yang tinggi
terhadap program pelatihan. Oleh karena itu, di dalam proses pendidikan dan
pelatihan masa depan yang efisien harus lebih memperhatikan kepada pengembangan
program pelatihan nasional.
E. Tenaga-tenaga Perencana yang professional
Perencanaan pendidikan dan pelatihan masa depan yang efektif
dan efisien tentunya meminta tenaga-tenaga yang professional tersebut, yaitu
para perencana harus merupakan suatu tim multi-disipliner. Dan mereka bukan
hanya ahli-ahli dalam bidang pendidikan dan pelatihan melainkan juga dari
disiplin-disiplin dari luar pendidikan, seperti teknik, ekonomi, antropologi,
filsafat, dan bidang-bidang lainnya yang relevan. Tentunya yang ideal adalah
adalah ahli-ahli pendidikan yang menguasai disiplin-disiplin lainnya.
Dalam transformasi IKIP menjadi Universitas, maka
tenaga-tenaga perencana yang professional akan lebih terbuka. Para akademisi
dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan akan dapat didik sebagai tenaga-tenaga
perencana pendidikan dan pelatihan yang lebih mantap dan professional. Tim
perencana yang multi-disipliner, yang menghayati masalah-masalah pendidikan,
akan dapat menghayati dan membangun suatu system pendidikan dan pelatihan yang
relevan dengan tujuan strategis dan misi strategis pembangunan serta dapat
mengembangkan materi yang akan disampaikan di dalam proses pembelajaran dan
pelatihan, serta menguasai tehnik proses pembelajaran itu sendiri.
Proses perencanaan pendidikan dan pelatihan yang efektif dan
efisien secara mutlak harus ditopang oleh peneliti (riset). Riset yang
dibutuhkan adalah dalam dua bidang, yaitu bidang kebijakan dan dalam bidang
intern pendidikan. Pelaksanaan riset kebijakan pendidikan dapat dilaksanakan
oleh badan pemerintah tetapi juga oleh lembaga-lembaga swasta yang independent
agar supaya dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan dari berbagai arah serta tidak
berpihak.
Demikian juga pelaksanaan riset mengenai masalah-masalah
pendidikan an sich perlu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah, misalnya
di lingkungan universitas dan lembaga-lembaga riset masyarakat mengenai
mengenai pendidikan. Dewasa ini dirasakan suatu kelemahan di dalam pengembangan
pendidikan dan pelatihan nasional karena ketiadaan data riset mengenai
masalah-masalah pendidikan san pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat
Indonesia sendiri yang sedang berkembang me nuju masyarakat industri.
Dari berbagai konsep pendidikan dan pelatihan berasal dari
pinjaman atau limpahan pemikiran-pemikiran barat mengenai perkembangan yang
sebenarnya dari Indonesia sampai dewasa di dalam lingkungan kebudayaan
Indonesia.
F. Kurikulum Nasional yang Ramping
Perencanaan yang efisien dalam sector pendidikan dan
pelatihan juga diarahkan kepada terwujudnya suatu kurikulum yang ramping. Kita
mengetahui bahwa dewasa ini, kurikulum sudah sangat berat dengan pengetahuan
yang kurang relevan dengan kehidupan nyata. Era reformasi bukan berarti
menghafal dan penguasai semua informasi dan data yang ada, tetapi bagaimana
mengelola informasi yang ada agar supaya bermanfaat bagi kehidupan.
Dengan demikian perencanaan
pendidikan dan pelatihan yang efisien menuntut lebih banyak pemanfaatan pendidikan
umum sebagaimana diproyeksikan oleh Negara-negara Uni Eropa dewasa ini. Oleh
karena itu, apabila dewasa ini kita mengenal Kurikulum Nasional dan Kurikulum
Lokal di mana seolah-olah yang penting adalah Kurikulum, maka dalam menjalani
abad 21 justru yang penting adalah Kurikulum Lokal yang merupakan kurikulum
Kurikulum Inti. Sedangkan Kurikulum Nasional merupakan lapisan plasma dari
kurikulum itu sendiri. Tentunya Kurikulum Lokal yang merupakan inti memerlukan
persiapan yang berat dan matang di daerah-daerah.
Langganan:
Postingan (Atom)