DEFINISI PERILAKU KONSUMEN
Perilaku
konsumen adalah proses yang dilalui oleh seseorang/ organisasi dalam mencari,
membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang produk atau jasa setelah
dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhannya. Perilaku konsumen akan diperlihatkan
dalam beberapa tahap yaitu tahap sebelum pembelian, pembelian, dan setelah
pembelian. Pada tahap sebelum pembelian konsumen akan melakukan pencarian
informasi yang terkait produk dan jasa. Pada tahap pembelian, konsumen akan
melakukan pembelian produk, dan pada tahap setelah pembelian, konsumen
melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi kinerja produk, dan akhirnya
membuang produk setelah digunakan.Atau kegiatan-kegiatan
individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan menggunakan barang
dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan
penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Konsumen
dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka memiliki peran yang
berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan sebagai initiator,
influencer, buyer, payer atau user.
Dalam
upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam
kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokan menurut
geografi, demografi, psikografi, dan perilaku.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah:
(1) Initiator, adalah individu yang mempunyai
inisiatif pembelian barang tertentu;
(2) Influencer, adalah individu yang
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang
diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak;
(3) Decider,
adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli,
bagaimana membelinya;
(4) Buyer, adalah individu yang melakukan transaksi
pembelian sesungguhnya;
(5) User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau
jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain dari program pemasaran perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro. Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
(2)
Teori Psikologis.
Teori
ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi
oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam
menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara
langsung;
(3)
Teori Antropologis. Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu
kelompok masyarakat yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan,
kelas-kelas sosial dan sebagainya.
Pengertian Pemasaran menurut Stanton
adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial (Stanton, 1997).
Pengertian
pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan
pihak lain. Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu
dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka
butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan pertukaran.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Sumber :
http://pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/12/makalah-pengertian-pemasaran-dan.html
Riset Pemasaran
Studi
tentang perilaku konsumen juga tidak terlepas pada masalah riset pemasaran.
Riset pemasaran adalah salah satu perangkat dalam Sistem Informasi Manajemen
(SIM), yang melakukan pengumpulan informasi tentang sikap, motivasi, keinginan,
dan hal-hal lainnya tentang konsumen. Dapat di lihat dari pengertiannya sebagai
berikut :
·
Motivasi
Motivasi
sebagai tenaga dorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak,
yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Motivasi muncul
karena adanya kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan sendiri muncul karena
konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya
dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan.
Untuk
memahami kebutuhan manusia, Teori Maslow dan McClelland menggambarkan bahwa
manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan yang berbeda sehingga hal ini dapat digunakan
pemasar untuk mendorong konsumsi suatu produk dan atau jasa.
·
Persepsi
Persepsi
didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih, mengatur,
dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai
dunia, yaitu proses “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Stimuli
ini diterima oleh alat pancaindra manusia. Stimuli mana yang akan diproses
tergantung dari apakah stimuli dapat masuk ke dalam proses untuk
menginterpretasikannya. Untuk dapat masuk ke dalam proses interpretasi suatu
stimuli harus mampu mengekspos manusia (mendapat perhatian) melalui indra
penerimaan, artinya harus diperhatikan ambang penerimaan stimuli manusia.
Setelah stimuli diterima maka proses interpretasi dapat dilakukan yang terkait
dengan faktor individu
·
Sikap
Terdapat
beberapa pengertian sikap yang disampaikan oleh para ahli. Intinya sikap adalah
perasaan dari konsumen (positif dan negatif) dari suatu objek setelah dia
mengevaluasi objek tersebut. Semakin banyak objek yang dievaluasi akan semakin
banyak sikap yang terbentuk.
Sikap
memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi penyesuaian, ego defensive, ekspresi
nilai, dan pengetahuan. Untuk lebih memahami sikap perlu dipahami beberapa
karakteristik sikap, diantaranya memiliki objek, konsisten, intensitas dan
dapat dipelajari.
·
Model dan
Teori Sikap
Perkembangan
teori tentang sikap sudah sangat maju. Sikap juga dapat digambarkan dalam
bentuk model. Model tradisional menggambarkan pengaruh informasi dari
lingkungan luar pribadi seseorang, di mana informasi tersebut akan diolah
dengan menggunakan elemen internal dari seseorang, untuk menghasilkan sikap
terhadap objek. Model analisis konsumen menyebutkan bahwa sikap terdiri dari
komponen perasaan (affect) dan kognitif, perilaku, serta lingkungan. Model tiga
komponen dan model ABC menyatakan bahwa sikap konsumen dibentuk oleh faktor
kognitif, afektif, dan konatif (perilaku atau kecenderungan untuk berperilaku).
Teori kongruitas menggambarkan pengaruh antara dua jenis objek, di mana
kekuatan satu sama lain dapat saling mempengaruhi persepsi konsumen. Dan model
terakhir adalah model Fishbein yang merupakan kombinasi dari kepercayaan objek
terkait dengan atribut dan intensitas dari kepercayaan tersebut. Model Fishbein
ini kemudian dimodifikasi dengan menambahkan bahwa perilaku dipengaruhi oleh
sikap terhadap perilaku dan norma subjektif.
·
Pembentukan
Sikap
Sikap yang
terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman
pribadi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari
orang lain, yang memiliki pengaruh. Kelompok juga menjadi sumber pembentukan
sikap yang cukup berpengaruh.
·
Perubahan
Sikap
Strategi
perubahan sikap dapat dilakukan baik terhadap produk dengan keterlibatan
tinggi, maupun untuk produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Usaha
mengarahkan audiens untuk produk dengan keterlibatan rendah ditempuh dengan
mentransformasi situasi ke arah keterlibatan konsumen yang tinggi. Adapun
strategi perubahan sikap konsumen terhadap produk atau jasa tertentu dilakukan
dengan menggunakan saluran komunikasi persuasif, yang mengikuti alur proses
komunikasi yang efektif. Pemasar harus mampu mengidentifikasi, menganalisis,
dan mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan dapat
menyebabkan perubahan sikap dari penerima pesan atau konsumen. Faktor sumber,
pesan, dan penerima pesan dapat digunakan secara optimal untuk menghasilkan
perubahan sikap dan tentunya perubahan perilaku positif dari konsumen yang
diharapkan oleh pemasar. Kredibilitas dari sumber pesan menjadi fokus dari
komunikasi persuasif. Dalam mengelola pesan, yang harus diperhatikan adalah
struktur, urutan, dan makna yang terkandung dalam pesan. Karakteristik dari
penerima pesan, yang meliputi kepribadian, mood, dan jenis kepercayaan yang
dimiliki juga menjadi faktor penentu keberhasilan komunikasi persuasif.
·
Kepribadian
Konsep
kepribadian (personality) dibahas secara teoretis oleh para pakar melalui
berbagai sudut pandang yang beraneka ragam, diantaranya menekankan pembahasan
kepribadian pada pengaruh sosial dan lingkungan terhadap pembentukan
kepribadian secara kontinu dari waktu ke waktu, serta menekankan pada pengaruh
faktor keturunan dan pengalaman di awal masa kecil terhadap pembentukan
kepribadian.
Tiga
karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai kepribadian adalah
kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu, kepribadian bersifat
konsisten dan berkelanjutan, dan kepribadian dapat mengalami perubahan.
Dalam
mempelajari kaitan antara kepribadian dan perilaku konsumen, 3 teori
kepribadian yang sering digunakan sebagai acuan adalah teori Freudian, Neo
Freudian dan teori traits.
·
Konsep
Diri
Konsep
diri adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri yang kadang-kadang
akan berbeda dari pandangan orang lain. Konsep diri konsumen terbagi ke dalam 4
dimensi, yaitu bagaimana mereka sesungguhnya melihat dirinya sendiri, bagaimana
mereka ingin melihat diri mereka sendiri, bagaimana sesungguhnya orang lain
melihat diri mereka, dan bagaimana mereka ingin orang lain melihat diri mereka.
Bagaimana
konsumen memandang diri mereka dapat menjadi dorongan yang kuat pada perilaku
mereka di pasar sehingga pemasar dapat menggunakan konsep diri ini dalam
merancang strategi pemasaran, misalnya dalam menciptakan merek atau produk
baru.
Extended
self merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mendefinisikan dirinya sendiri
berdasarkan kepemilikannya (possession). Kepemilikan yang dimaksud di sini
tidak harus sesuatu yang besar, seperti rumah atau mobil, tetapi dapat berupa
benda-benda kecil, seperti pigura. Penelitian memperlihatkan, konsumen
cenderung untuk memilih produk atau merek yang sesuai dengan dirinya atau
dengan apa yang ingin dicapainya sebagai manusia. Lebih banyak wanita daripada
pria yang menganggap bahwa produk yang mereka gunakan mencerminkan
kepribadiannya sendiri.
Pemasar
sebaiknya mengembangkan citra produk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
konsep diri yang dianut oleh konsumen. Meskipun konsep diri yang dimiliki
seseorang bersifat sangat unik, ada kemungkinan konsep diri antar individu
memiliki beberapa kemiripan.
·
Gaya Hidup
Gaya hidup
merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk
menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan
kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi
konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan
terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama
mereka menjalani siklus kehidupan.
Konsep
gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan
bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada
perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan
dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Gaya hidup
yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada dalam
dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup
individu tersebut.
Berbagai
faktor dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi,
kepribadian, kelas sosial, daur hidup dalam rumah tangga. Kasali (1998)
menyampaikan beberapa perubahan demografi Indonesia di masa depan, yaitu
penduduk akan lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia akan semakin tua,
melemahnya pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang muda, jumlah anggota
keluarga berkurang, pria akan lebih banyak, semakin banyak wanita yang bekerja,
penghasilan keluarga meningkat, orang kaya bertambah banyak, dan pulau Jawa
tetap terpadat.
·
Psikografi
Psikografi
adalah variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur gaya hidup. Bahkan
sering kali istilah psikografi dan gaya hidup digunakan secara bergantian.
Beberapa variabel psikografi adalah sikap, nilai, aktivitas, minat, opini, dan
demografi. Analisis terhadap variabel-variabel psikografis telah banyak
membantu pemasar untuk mengelompokkan konsumen berdasarkan kesamaan tertentu.
Hal ini akan membantu penetapan strategi pemasaran agar sesuai dengan target
konsumen.
Pengukuran
psikografi dapat dilakukan dalam tingkat kespesifikan yang berbeda-beda. Pada
satu sisi ekstrem terdapat pengukuran yang bersifat umum yang menyangkut
cara-cara umum dalam menjalani kehidupan. Pada satu sisi ekstrem lainnya adalah
pengukuran terhadap variabel secara spesifik.
Kelompok
merupakan kumpulan individu-individu yang saling berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya selama periode waktu tertentu untuk suatu kebutuhan atau
tujuan bersama.
Untuk
dapat memahami karakteristik kelompok, perlu dipahami beberapa hal yang terkait
dengan kelompok, yaitu status, norma, peran, sosialisasi, dan kekuasaan yang
ada di dalam kelompok.
Kekuasaan
yang mempengaruhi kelompok ini dapat mempengaruhi perilaku anggotanya,
diantaranya kekuasaan karena pemberian penghargaan/hadiah (reward power),
kekuasaan karena paksaan melalui hukuman/sangsi (coercive power), kekuasaan
yang sah (legitimate power), kekuasaan karena keahlian (expert power), dan
kekuasaan karena perasaan/keinginan untuk menjadi anggota kelompok (referent
power).
·
Pengaruh
Kelompok terhadap Perilaku Konsumen
Kelompok
referensi/acuan adalah individu/kelompok nyata atau khayalan yang memiliki
pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan perilaku terhadap orang lain. Kelompok
acuan (yang paling berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain
melalui norma, informasi, dan melalui kebutuhan nilai ekspresif konsumen.
Pemasar
harus dapat mengidentifikasi peran seseorang di dalam kelompoknya dalam
pengambilan keputusan, dan harus menekankan pada si pengambil keputusan.
Penyesuaian dilakukan hanya untuk sekadar menyesuaikan diri agar diterima oleh
kelompok atau penyesuaian yang mengubah kepercayaan. Orang butuh untuk menilai
opini dan kemampuan mereka dengan membandingkannya dengan opini dan kemampuan
orang lain. Dalam polarisasi kelompok, perbedaan pandangan antara kelompok
dengan individu, dan kelompok dapat berubah pandangannya dikarenakan informasi
dan budaya yang ada.
Kelompok
acuan dapat berbentuk organisasi formal yang besar, terstruktur dengan baik,
memiliki jadwal pertemuan rutin, dan karyawan-karyawan yang tetap. Di lain
pihak, kelompok acuan juga dapat berbentuk kelompok kecil dan informal.
Kelompok acuan terdiri dari orang-orang yang dikenal secara mendalam (seperti
keluarga atau sahabat) atau orang-orang yang dikenal tanpa ada hubungan yang
mendalam (klien) atau orang-orang yang dikagumi (tokoh atau artis). Karena
orang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain yang memiliki
kemiripan, mereka sering kali terpengaruh dengan mengetahui bagaimana orang
lain menginginkan mereka menjalani hidup.
Kecenderungan
orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya adalah keakraban, ekspos terhadap seseorang (Mere
Exposure), dan kepaduan kelompok.
Terdapat
beberapa bentuk kelompok acuan yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku
konsumsi, yaitu kelompok pertemanan, kelompok belanja, kelompok kerja,
komunitas maya dan kelompok aksi konsumen.
Seorang
pemberi opini ini adalah orang yang sering kali mampu mempengaruhi sikap atau
perilaku orang lain. Opinion leader memiliki sumber informasi yang berharga.
Yang biasanya menjadi opinion leader adalah artis, ahli atau pakar di bidang
tertentu, orang awam (biasa), pimpinan perusahaan, dan karakter
·
Keluarga
Rumah
tangga (a household) terdiri dari anggota yang terkait dengan keluarga (family)
dan semua orang-orang yang tidak terkait yang berada dalam suatu unit tempat
tinggal (baik itu rumah, apartemen, kelompok kamar-kamar, dan lain-lain). Rumah
tangga dapat terdiri dari dua jenis/ bentuk: keluarga (families) dan
non-keluarga (non families).
Suatu
keluarga mungkin merupakan suatu keluarga patriat (patriarchal family), di mana
sang ayah dipertimbangkan sebagai anggota yang paling dominan, sedangkan dalam
suatu keluarga matriat (matriarchal family), pihak wanita memainkan peran
dominan, dan membuat banyak keputusan, sedangkan dalam equalitarian family,
sang suami dan istri membagi secara seimbang pengambilan keputusan
Keluarga
memiliki struktur sendiri, seperti juga yang terjadi pada masyarakat, di mana
setiap anggota memainkan perannya masing-masing. Bagi pemasar adalah penting
untuk membedakan peran setiap anggota keluarga dalam tujuan untuk
mengoptimalkan strategi pemasaran. Asumsi yang dibuat mengenai peran-peran
pembelian harus dicek melalui riset konsumen sehingga pemasar dapat membuat
bauran pemasaran yang tepat ditujukan terhadap individu yang tepat.
Konsep
siklus hidup keluarga atau rumah tangga telah terbukti sangat bermanfaat bagi
pemasar, khususnya untuk aktivitas dari keluarga-keluarga seiring dengan
berjalannya waktu. Dengan adanya konsep siklus hidup, pemasar mampu
mengapresiasi kebutuhan keluarga, pembelian produk, dan sumber daya keuangan
bervariasi sepanjang waktu.
Siklus
hidup keluarga modern didasarkan pada usia (dari individu wanita dalam rumah
tangga, jika tepat), yang ditelusuri dalam kelompok-kelompok usia muda (young),
usia menengah (middle aged). Dan kelompok usia lebih tua (elderly). Usia yang
beragam ini dipengaruhi oleh dua bentuk peristiwa penting, yaitu (1) pernikahan
dan pemisahan (baik karena perceraian atau kematian), dan (2) hadirnya anak pertama
dan anak paling akhir.
·
Kelas
Sosial
Kelas
sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu
hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara
relatif mempunyai status yang sama`dan para anggota kelas lainnya mempunyai
status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Kategori
kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang
rendah sampai yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu
merasa para anggota kelas sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi
maupun lebih rendah dari pada mereka.
Aspek
hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen membeli
berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota kelas
sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen mungkin
menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk tersebut
adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan
yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori
yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif
dari kelas sosial.
Peneliti
konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap kelas sosial, ada faktor-faktor
gaya hidup tertentu (kepercayaan, sikap, kegiatan, dan perilaku bersama) yang
cenderung membedakan anggota setiap kelas dari anggota kelas sosial lainnya.
Para
individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial
dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum
dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan
bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan diri.
Dengan
mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang
yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar
sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik
sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan pada audiens
kelas sosial yang lebih rendah.
·
Budaya
Dalam
studi tentang budaya kita perlu memperhatikan karakteristik-karakteristik dari
budaya itu sendiri, yaitu budaya itu ditemukan (invented), budaya dipelajari,
budaya diyakini dan disebarluaskan secara sosial, budaya-budaya itu serupa tapi
tidak sama, budaya itu memuaskan kebutuhan dan diulang-ulang secara konsisten
(persistent), budaya bersifat adaptif, budaya itu terorganisasi dan
terintegrasi, dan budaya itu dasar aturan (prescriptive).
Nilai
adalah ide umum tentang tujuan yang baik dan yang buruk. Dari alur norma atau
aturan yang menjelaskan tentang yang benar atau yang salah, yang bisa diterima
dan yang tidak. Beberapa norma dikatakan sebagai enacted norms, di mana maksud
dari norma tersebut terlihat secara eksplisit, benar dan salah. Namun, banyak
norma lain yang lebih halus, ini adalah crescive norm yang telah tertanam dalam
budaya dan hanya bisa terlihat melalui interaksi antaranggota dalam budaya.
Nilai-nilai
budaya yang berlaku berbeda di setiap wilayah. Nilai yang berlaku di suatu
Negara belum tentu berlaku di Negara atau bahkan bisa bertolak belakang dari
nilai yang berlaku di Negara lain tersebut. Budaya mempengaruhi konsumen dalam
sudut pandang terhadap dirinya dan orang lain, dan karenanya mempengaruhinya
dalam berperilaku. Oleh karenanya, budaya sangat mempengaruhi bagaimana
konsumen bereaksi atau berperilaku terhadap produk atau inovasi tertentu
·
Subbudaya
Subbudaya
adalah grup budaya dalam cakupan berbeda, yang menggambarkan segmen yang
teridentifikasi dalam masyarakat yang lebih besar atau sebuah kelompok budaya
tertentu yang berbeda yang hadir sebagai sebuah segmen dalam sebuah masyarakat
yang lebih besar dan kompleks.
Analisa
subbudaya memungkinkan manajer pemasaran untuk fokus dalam menentukan ukuran
segmen pasar dan segmen pasar yang lebih natural. Subbudaya yang penting untuk
diperhatikan adalah subbudaya kewarganegaraan, agama, lokasi geografis, ras,
usia dan jenis kelamin (Schiffman dan Kanuk, 2004). Selain ketujuh hal
tersebut, kelas sosial juga tergolong sebagai subbudaya karena kelas sosial
akan mempengaruhi perilaku sebagai akibat dari keanggotaan pada kelas sosial
tertentu, termasuk perilaku pada setiap kelas sosial masyarakat seluruh dunia.
Perusahaan
yang bergerak dalam pasar global memiliki kebutuhan untuk mengembangkan
perencanaan penasaran yang terpisah untuk tiap budaya atau penggunaan satu
perencanaan pemasaran yang bisa diimplementasikan dalam tiap daerah/negara.
Mengadaptasi budaya dari budaya lokal juga merupakan salah satu cara yang bisa
dipertimbangkan.
Tujuan
utama dari analisis konsumen lintas budaya adalah untuk melihat bagaimana
persamaan konsumen dalam dua atau lebih masyarakat, dan bagaimana perbedaan
mereka.
Pengaruh
lintas budaya dan subbudaya dapat berpengaruh terhadap strategi pemasaran, yang
akan dibahas dalam bagian ini lebih pada strategi segmentasi dan 4P. Khusus
terhadap 4P diharapkan dapat diambil dari pelajaran-pelajaran yang ada dalam
kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi, misalnya dalam mendefinisikan produk,
promosi, dan penetapan harga.
·
Konsep
Dasar Pengambilan Keputusan Konsumen
Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, seorang konsumen harus memilih produk dan/atau
jasa yang akan dikonsumsinya. Banyaknya pilihan yang tersedia, kondisi yang
dihadapi, serta pertimbangan-pertimbangan yang mendasari akan membuat
pengambilan keputusan satu individu berbeda dari individu lainnya. Pada saat
seorang konsumen baru akan melakukan pembelian yang pertama kali akan suatu
produk, pertimbangan yang akan mendasarinya akan berbeda dari pembelian yang
telah berulang kali dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan ini dapat diolah oleh
konsumen dari sudut pandang ekonomi, hubungannya dengan orang lain sebagai
dampak dari hubungan sosial, hasil analisa kognitif yang rasional ataupun lebih
kepada ketidakpastian emosi (unsure emosional). menggambarkan bahwa pada saat
mengambil keputusan, semua pertimbangan ini akan dialami oleh konsumen walaupun
perannya akan berbeda-beda di setiap individu
·
Proses
Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses
pengambilan keputusan diawali dengan adanya kebutuhan yang berusaha untuk
dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan ini terkait dengan beberapa alternatif sehingga
perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik
dari persepsi konsumen. Di dalam proses membandingkan ini konsumen memerlukan
informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan
konsumen serta situasi yang dihadapinya.
Keputusan
pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif
dengan sisi negatif suatu merek (compensatory decision rule) ataupun mencari
solusi terbaik dari perspektif konsumen (non-compensatory decision rule), yang
setelah konsumsi akan dievaluasi kembali.
·
Model
Pengambilan Keputusan Konsumen
Model-model
pengambilan keputusan telah dikembangkan oleh beberapa ahli untuk memahami
bagaimana seorang konsumen mengambil keputusan pembelian. Model-model
pengambilan keputusan kontemporer ini menekankan kepada aktor yang berperan
pada pengambilan keputusan yaitu konsumen, serta lebih mempertimbangkan aspek
psikologi dan sosial individu.
·
Konsumerisme
Konsumerisme
adalah suatu gerakan sosial yang dilakukan oleh berbagai pihak yang bertujuan
untuk meningkatkan posisi konsumen dalam berinteraksi dengan pihak penjual,
baik sebelum, pada saat, dan setelah konsumsi dilakukan. Konsumen perlu
mengetahui hak-haknya secara jelas sehingga apabila terjadi ketidaksesuaian
yang dirasakan pada tiga fase tersebut, konsumen akan dapat mengidentifikasi
letak ketidaksesuaiannya, di mana karena sumber permasalahan dapat berasal dari
kecerobohan konsumen itu sendiri.
Perkembangan
teknologi informasi dan era perdagangan bebas memunculkan masalah konsumerisme
baru yang harus diwaspadai oleh berbagai pihak sehingga dapat mencegah dampak
yang merusak bagi konsumen
·
Model dan
Penelitian terhadap Perilaku Konsumen
Dalam
usaha untuk lebih memahami perilaku konsumen, seorang pemasar akan melakukan
penelitian yang terkait dengan konsumen dan produk yang dipasarkan. Penelitian
ini dilakukan dalam upaya untuk mengumpulkan informasi mengenai karakteristik
perilaku konsumen sehingga seorang pemasar akan dapat lebih mengenal siapa
konsumennya, dan bagaimana perilaku mereka dalam mencari, menggunakan, dan
membuang produk. Perilaku konsumen sangat kompleks dan melibatkan banyak
variabel dalam analisis sehingga diperlukan model-model perilaku konsumen untuk
menyederhanakan gambaran dan keterkaitan antar variabel tersebut dalam perilaku
konsumen. Dengan berpedoman kepada model-model perilaku konsumen yang telah ada
maka penelitian akan lebih mudah dilakukan karena variabel-variabel terkait
sudah teridentifikasi di dalam model-model tersebut.
·
Lembaga
Perlindungan Konsumen
Tidak
pahamnya konsumen mengenai hak dan kewajibannya sebagai seorang konsumen yang
menggunakan barang dan atau jasa yang disediakan oleh pelaku bisnis, sering
kali menimbulkan permasalahan yang merugikan konsumen. Kerugian dapat berupa
kerugian fisik (kesehatan dan keselamatan) maupun kerugian nonfisik yaitu uang.
Sering kali konsumen hanya pasrah setelah menerima perlakuan yang merugikan
mereka, yang disebabkan karena mereka tidak tahu bagaimana dan kepada siapa
harus mengadukan permasalahannya.
Perlindungan
konsumen ini tertuang dalam Undang-undang No.8 Tahun 1999 yang dikenal dengan
Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK), di mana secara jelas diuraikan
berbagai hal mengenai hak dan kewajiban konsumen dan pelaku bisnis serta
pihak-pihak yang terkait dalam program Perlindungan Konsumen. Salah satu lembaga
yang bergerak dalam perlindungan konsumen ini adalah Yayasan lembaga Konsumen
Indonesia (YLKI) yang tujuan utamanya adalah untuk membantu konsumen Indonesia
agar tidak dirugikan dalam mengonsumsi barang dan atau jasa.
·
Globalisasi
dan Perubahan Perilaku Konsumen
Globalisasi
menghilangkan batas-batas negara untuk mengonsumsi suatu produk atau jasa.
Teknologi informasi akan memudahkan konsumen untuk memperoleh informasi yang
terkait dengan perilaku konsumsi, produk, dan gaya hidup di negara lain dan
akan mempengaruhi perilaku konsumsinya sendiri. Teknologi informasi juga
mempengaruhi pelaku bisnis dalam hal penyebaran informasi dan melakukan
komunikasi dengan konsumen.
KONSEP PEMASARAN
Fokus pemasaran yang utama adalah menjadikan kebutuhan dan keinginan para konsumen. Filsafat pemasaran yang berorientasi ke konsumen dikenal sebagai konsep pemasaran. Asumsi pokok yang mendasari konsep pemasaran adalah jika perusahaan ingin meraih sukses maka perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar tertentu dan memberikan kepuasan yang diinginkan lebih baik dari pada pesaing. Konsep pemasaran didasarkan pada dasar pemikiran bahwa pemasar harus membuat apa yang dapat dijualnya, dari pada berusaha menjual apa yang telah dibuatnya. Konsep penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sedangkan konsep pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli.
RUANG LINGKUP PERILAKU KONSUMEN
Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya.
Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang mereka beli, para peneliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk. Dengan tujuan adalah bahwa mereka harus menyesuaikan produksi mereka dengan kekerapan konsumen membeli penggantinya.
PERILAKU KONSUMEN BERAKAR PADA LINTAS DI SIPLIN ILMU PENGETAHUAN
Perilaku konsumen merupakan cabang antar ilmu pengetahuan, yaitu didasarkan pada berbagai konsep mengenai orang yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dalam disiplin ilmu yang sangat berbeda. Teori-teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi, dengan pendapat bahwa individu bertindak sacara rasional untuk memaksimumkan kekayaan, keuntungan (kepuasan) mereka dalam memberi barang dan jasa.
MODEL SEDERHANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang berbeda namun memiliki hubungan satu sama lain diantaranya:
1) Tahap Input
Merupakan tahap yang mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk dan terdiri dari dua sumber informasi utama, yaitu:
Fokus pemasaran yang utama adalah menjadikan kebutuhan dan keinginan para konsumen. Filsafat pemasaran yang berorientasi ke konsumen dikenal sebagai konsep pemasaran. Asumsi pokok yang mendasari konsep pemasaran adalah jika perusahaan ingin meraih sukses maka perusahaan harus menentukan kebutuhan dan keinginan berbagai target pasar tertentu dan memberikan kepuasan yang diinginkan lebih baik dari pada pesaing. Konsep pemasaran didasarkan pada dasar pemikiran bahwa pemasar harus membuat apa yang dapat dijualnya, dari pada berusaha menjual apa yang telah dibuatnya. Konsep penjualan berfokus pada kebutuhan penjual, sedangkan konsep pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli.
RUANG LINGKUP PERILAKU KONSUMEN
Studi perilaku konsumen terpusat pada cara individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi. Hal ini mencakup apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, kapan mereka membeli, dimana mereka membeli, seberapa sering mereka membeli, dan seberapa sering mereka menggunakannya.
Di samping mempelajari pemakaian konsumen dan evaluasi pasca-pembelian produk yang mereka beli, para peneliti konsumen juga tertarik untuk mengetahui cara individu membuang produk. Dengan tujuan adalah bahwa mereka harus menyesuaikan produksi mereka dengan kekerapan konsumen membeli penggantinya.
PERILAKU KONSUMEN BERAKAR PADA LINTAS DI SIPLIN ILMU PENGETAHUAN
Perilaku konsumen merupakan cabang antar ilmu pengetahuan, yaitu didasarkan pada berbagai konsep mengenai orang yang telah dikembangkan oleh para ilmuwan dalam disiplin ilmu yang sangat berbeda. Teori-teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi, dengan pendapat bahwa individu bertindak sacara rasional untuk memaksimumkan kekayaan, keuntungan (kepuasan) mereka dalam memberi barang dan jasa.
MODEL SEDERHANA PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN
Proses pengambilan keputusan dapat dipandang sebagai tiga tahap yang berbeda namun memiliki hubungan satu sama lain diantaranya:
1) Tahap Input
Merupakan tahap yang mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan atas produk dan terdiri dari dua sumber informasi utama, yaitu:
- Usaha pemasaran perusahaan (produk itu sendiri, harganya, promosi dan dimana ia dijual),
- Pengaruh sosiologis eksternal atas konsumen (keluarga, teman-teman, tetangga, sumber informal). Hal ini merupakan input yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli.
2) Tahap Proses
Merupakan tahap yang memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor psikologis yang melekat pada setiap individu, mempengaruhi input dari luar pada tahap input mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternative.
3) Tahap Output
Merupakan pengambilan konsumen terdiri dari dua macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat dengan perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli. Percobaan merupakan tahap penyelidikan pada perilaku pembelian, yakni konsumen menilai produk melalui pemakaian langsung pembelian ulang biasanya menandakan penerimaan akan produk.
ETIKA PEMASARAN
Penilitian-penelitian mengenai etika pemasaran biasanya memusatkan perhatian pada berbagai praktik pemasar. Studi mengenai filsafat etika mengemukakan dua kelompok teori yang berbeda yaitu:
Merupakan tahap yang memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor psikologis yang melekat pada setiap individu, mempengaruhi input dari luar pada tahap input mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan, pencarian informasi sebelum pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternative.
3) Tahap Output
Merupakan pengambilan konsumen terdiri dari dua macam kegiatan setelah pengambilan keputusan yang berhubungan erat dengan perilaku membeli dan evaluasi setelah membeli. Percobaan merupakan tahap penyelidikan pada perilaku pembelian, yakni konsumen menilai produk melalui pemakaian langsung pembelian ulang biasanya menandakan penerimaan akan produk.
ETIKA PEMASARAN
Penilitian-penelitian mengenai etika pemasaran biasanya memusatkan perhatian pada berbagai praktik pemasar. Studi mengenai filsafat etika mengemukakan dua kelompok teori yang berbeda yaitu:
- Teori Teleologi, berkaitan dengan nilai moral atas perilaku yang ditentukan besarnya nilai tersebut berdasarkan akibatnya.
- Teori Deontologi, berhubungan dengan metode dan maksud yang terkandung dalam perilaku tertentu.
ETIKA
DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Lingkungan perusahaan dan falsafah perusahaan merupakan faktor yang menentukan perilaku yang etis para karyawan perusahaan. Banyak perusahaan yang telah menyusun kode etik yang jelas untuk menentukan cara pengambilan keputusan di seluruh organisasi.
Perusahaan pada umumnya mengakui bahwa kegiatan yang bertanggung jawab secara sosial memperbaiki citra perusahaan dimata para konsumen, pemegang saham, masyarakat keuangan, dan publik terkait lainnya. Dengan cara demikian, bentuk bisnis yang baik, yang menghasilkan citra yang baik, dan akhirnya meningkatkan penjulan.
KONSEP PEMASARAN YANG MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
Konsep ini menghendaki agar semua pemasar menaati prinsi-prinsip tanggung jawab sosial dalam memasarkan barang dan jasa mereka yaitu, mereka harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan berbagai pasar targetnya dengan cara melindunginya dan meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat secara keseluruhan.
Hambatan yang serius untuk memperluas pelaksanaan konsep pemasaran yang memperhatikan kepentingan masyarakat ini adalah orientasi jangka pendek yang diatur oleh para manajer bisnis atas langkah yang diambil untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperoleh laba dengan cepat.
Lingkungan perusahaan dan falsafah perusahaan merupakan faktor yang menentukan perilaku yang etis para karyawan perusahaan. Banyak perusahaan yang telah menyusun kode etik yang jelas untuk menentukan cara pengambilan keputusan di seluruh organisasi.
Perusahaan pada umumnya mengakui bahwa kegiatan yang bertanggung jawab secara sosial memperbaiki citra perusahaan dimata para konsumen, pemegang saham, masyarakat keuangan, dan publik terkait lainnya. Dengan cara demikian, bentuk bisnis yang baik, yang menghasilkan citra yang baik, dan akhirnya meningkatkan penjulan.
KONSEP PEMASARAN YANG MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN MASYARAKAT
Konsep ini menghendaki agar semua pemasar menaati prinsi-prinsip tanggung jawab sosial dalam memasarkan barang dan jasa mereka yaitu, mereka harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan berbagai pasar targetnya dengan cara melindunginya dan meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat secara keseluruhan.
Hambatan yang serius untuk memperluas pelaksanaan konsep pemasaran yang memperhatikan kepentingan masyarakat ini adalah orientasi jangka pendek yang diatur oleh para manajer bisnis atas langkah yang diambil untuk meningkatkan pangsa pasar dan memperoleh laba dengan cepat.
TEORI
PERILAKU KONSUMEN
Perilaku permintaan
konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang
lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan
pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan
pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga
tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
PENDEKATAN
PERILAKU KONSUMEN
Pendekatanuntuk
mempelajariperilakukonsumen dalammengkonsumsisuatubarang:
1.Pendekatan Kardinal
2.Pendekatan Ordinal
1.)
Pendekatan Kardinal
- Kepuasan konsumsi dapat diukur dengan satuan ukur.
- Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan
- Terjadi hukum The law of deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan.Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil.( Mula – mula kepuasan akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun ).Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curva. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.
- Tambahan
kepuasan untuk tambahan konsumsi 1 unit barang bisa dihargai dengan uang,
sehingga makin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen
memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal,
sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen redah maka dia hanya akan
mau membayar dengan harga murah.
Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai Daya guna marginal.
2.)
Pendekatan Ordinal
Kelemahan pendekatan kardinal
terletak pada anggapan yang digunakan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi
barang dapat diukur dengan satuan kepuasan. Pada kenyataannya pengukuran
semacam ini sulit dilakukan.Pendekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen
dengan angka ordinal (relatif).Tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan
kurva indiferens(kurva yg menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang
dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Ciri-ciri kurva indiferens:
1.Mempunyai kemiringan yang negatif
(konsumen akan mengurangi konsumsi barang yg satu apabila ia menambah jumlah
barang lain yang di konsumsi)
2.Cembung ke arah titik origin,
menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk
mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate
of substitution)
3.Tidak saling berpotongan, tidak
mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda
Perbedaan antara
pendekatan kardinal dengan ordinal
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
Pandangan antara besarnya utility menganggap bahwa besarnya utiliti dapat dinyatakan dalam bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal besarnya utility dapat dinyatakan dalaml bilangan/angka.
Analisis cardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan marginal utiliy(pendekatan marginal). Sedangkan analisis ordinal menggunakan analisis indifferent curve atau kurva kepuasan sama .
Macam-macam
elastisitas
Asumsi dalam elastisitas adalah
perubahan harga akan mempengaruhi perubahan permintaan. Harga di sini tidak
terbatas dengan harga barang tersebut akan tetapi juga harga barang lainnya.
Pada keadaan normal, apabila harga sebuah mobil merk X turun, maka permintaan
akan kendaraan tersebut akan meningkat. Pada kejadian yang sama bila harga
pesaing mobil merk X naik, maka hal ini dapat menyebabkan permintaan mobil merk
X akan naik. Mobil pesaing ini disebut barang subtitusi. Di samping itu bila
harga barang pelengkap/komplementer (misalkan bahan bakar) turun maka
permintaan mobil merk X juga akan naik.
Elastistas silang
Elastisitas silang adalah efek atas perubahan permintaan atau penawaran dari satu barang sebagai akibat dari perubahan dalam sesuatu yang berkaitan dengan produk lain berapa banyak perubahan harga satu produk yang akan mengubah volume penjualan lain.
Elastisitas harga silang dari produk A dengan produk B adalah:
(Q A / T A) / (ΔP B / P B)
dimana
T A adalah kuantitas penjualan A
Q A adalah perubahan jumlah A dijual
P B adalah harga B
ΔP B adalah perubahan harga B.
Sebuah elastisitas silang tersebut dapat positif atau negatif.. Jika dua barang komplementer maka kenaikan harga satu akan mengurangi permintaan untuk keduanya.. Jika mereka pengganti (misalnya, alam dan karet sintetis) kenaikan harga satu akan meningkatkan permintaan untuk yang lain.
Elastisitas silang adalah efek atas perubahan permintaan atau penawaran dari satu barang sebagai akibat dari perubahan dalam sesuatu yang berkaitan dengan produk lain berapa banyak perubahan harga satu produk yang akan mengubah volume penjualan lain.
Elastisitas harga silang dari produk A dengan produk B adalah:
(Q A / T A) / (ΔP B / P B)
dimana
T A adalah kuantitas penjualan A
Q A adalah perubahan jumlah A dijual
P B adalah harga B
ΔP B adalah perubahan harga B.
Sebuah elastisitas silang tersebut dapat positif atau negatif.. Jika dua barang komplementer maka kenaikan harga satu akan mengurangi permintaan untuk keduanya.. Jika mereka pengganti (misalnya, alam dan karet sintetis) kenaikan harga satu akan meningkatkan permintaan untuk yang lain.
Elastisitas pendapatan
Penghasilan elastisitas
mengukur seberapa sensitif penjualan suatu yang baik untuk perubahan pendapatan
konsumen: Hal ini:
(Δ Q / T) / (Δ Y / Y)
Dimana:
Q = adalah kuantitas yang diminta
Y = adalah pendapatan, dan
Δ = memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan.
Q = adalah kuantitas yang diminta
Y = adalah pendapatan, dan
Δ = memiliki arti yang biasa untuk menunjukkan perubahan.
elastisitas Penghasilan
mengarah pada efek pendapatan , dan klasifikasi barang sebagai inferior atau normal. Pendapatan elastisitas lebih besar dari satu juga
telah digunakan untuk mengklasifikasikan barang sebagai kemewahan daripada
kebutuhan. Alasan di balik kedua adalah bahwa jika orang tidak dapat mengurangi
konsumsi mereka yang baik sesuai dengan pendapatan mereka, maka harus (kepada
mereka) keharusan.. Perlu diketahui bahwa (seperti teori ekonomi lebih mirip)
hanya penilaian dari jumlah konsumen.. Itulah sebabnya, dengan kriteria ini,
tembakau (atau heroin dalam hal ini) adalah suatu keharusan: kebenaran ini
adalah di luar cakupan pembahasan kita di sini.
PERILAKU PRODUSEN
Teori Produsen dan
Fungsinya
produksi dapat kita lihat dimana saja,Yang dimaksud dengan teori produksi adalah kegiatan yang membuat barang-barang,produksi juga sangat berkaitan dengan nilai guna suatu barang.Di dalam produksi terdapat proses produksi tertentu yang harus dijalani sehingga bias menghasilkan barang yang berguna,secara sederhana prose situ digambarkan dibawah ini :
|
Di dalam menganalisis
teori produksi, kita mengenal 2 hal:
- Produksi jangka pendek
Dalam membahas teori produksi kita perlu membedakan pengertian jangka
panjang dan jangka pendek.Jangka pendek dan jangka panjang tidak terkait dengan
lamanya waktu yang digunakan dalam proses produksi.Produksi dalam jangka pendek
bararti terdapat satu factor produksi yang bersifat tetap,sedangkan factor
produksi yang lainnya bersifat variable(berubah-ubah).produksi dalam jangka
panjang berarti semua factor produksi yang digunakan bersifat
variable(berubah-ubah).
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f
(X1, X2, X3, ……….., Xn)
Dimana Y = tingkat produksi (output) yang dihasilkan dan X1, X2, X3, ……, Xn adalah berbagai faktor produksi (input) yang digunakan. Fungsi ini masih bersifat umum, hanya biasa menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bias memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut. Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX ( fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
b) Y = a + bX – cX2 ( fungsi kuadratis)
c) Y = aX1bX2cX3d ( fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam
teori ekonomi, fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut
:The Law of Diminishing Returns (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang).
“Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan”
“Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahansatu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan”
Dari hukum tersebut
dapat disimpulkan bahwa tahapan produksi seperti yang dinyatakan
dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a. produksi total dengan increasing returns,
b. produksi total dengan decreasing returns, dan
c. produksi total yang semakin menurun.
Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula
digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi :
dalam The Law of Diminishing Returns dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
a. produksi total dengan increasing returns,
b. produksi total dengan decreasing returns, dan
c. produksi total yang semakin menurun.
Disamping analisis tabulasi dan analisis grafis mengenai hubungan antara produk total, produk rata-rata, dan produk marginal dari suatu proses produksi seperti diatas, dapat pula
digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi :
Y = 12X2 – 0,2 X3,
dimana :
Y = produk
X = faktor produksi.
Y = produk
X = faktor produksi.
- Produksi jangka panjang
Sebagaimana telah
dijelaskan,produksi dalam jangka panjang tidak terkait dengan jangka waktu
proses produksi,tetapi lebih kepada sifat factor produkdi yang digunkan . Dalam
jangka panjang semua factor produksi yang digunakan bersifat variable atau
berubah-ubah.untuk mempelajari produksi dalam jangka panjang kiata akan
mempelajari kurva isoquant dan jumlah produk optimal.
a.) Isoquant atau Isoproduk
Kurva isokuant atau
isoproduk adalah kurva tempat kedudukan titik-titik yang menunjukan kombinasi
dua factor produksi untuk menghasilkan tingkat produksi yang sama.
b.) Produksi optimal
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di mana Y = jumlah produk;
Konsep efisiensi dari aspek ekonomis dinamakan konsep efisiensi ekonomis atau efisiensi harga. Dalam teori ekonomi produksi, pada umumnya menggunakan konsep ini. Dipandang dari konsep efisiensi ekonomis, pemakaian faktor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis, tidak cukup hanya dengan mengetahui fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, rasio harga harga input-output. Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut. Keuntungan (p) dapat ditulis : p = PY.Y -Px.X, di mana Y = jumlah produk;
PY = harga produk;
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi
X = faktor produksi;
Px = harga factor produksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar