Rabu, 27 November 2013

penfertian tata niaga


Berdasarkan pengertian tataniaga diatas maka didefinisikan pengertian tataniaga pertanian secara umum, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan.
Ø  Strategi Pemasaran
Menurut Kotler (1997, dalam Sari, 2008) pemasaran adalah suatu proses dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Pemasaran memperhatikan hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan konsumen serta aktivitas pesaing.
Rangkuti (2006, dalam Sari, 2008) mendefiniskan pemasaran sebagai proses kegiatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial, politik, budaya, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut adalahmasing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai komoditas.
Pemasaran diawali dengan pemahaman tentang kebutuhan, keinginan dan permintaan konsumen akan produk dimana konsumen mengharap nilai produk tersebut bermanfaat serata sesuai dengan biaya atau pengorbanan yang dikeluarkan. Produk tersebut dapat dijumpai di pasar dalam sebuah transaksi dengan produsen atau pemasarnya.

Ø  Unsur Strategi Persaingan
Rangkuti (2006, dalam Sari, 2008) mengklasifikasikan unsur-unsur utama dalam pemasaran sebagai berikut:
a. Segmemtasi pasar
Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membetuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri
b. Targeting
Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan memasuki dan ditunjukkan untuk pembeli.
c. Positioning
Positioning adalah penetapan posisi pasar yaitu suatu tindakan yang membangun dan mengkomunikasikan manfaat pokok istimewa dari produk di dalam pasar. Pengertian ini mengandung makna tempat suatu produk atau merek sekelompok produk di dalam benak konsumen relatif terhadap penawaran pesaingnya.
Ø  Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran menurut Kasmir (2000) merupakan kegiatan pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran itu sendiri. Setiap elemen tidak dapat berjalan sendiri-sendiri tanpa didukung oleh elemen lain. Setiap elemen itu tidak dapat berjalan sendiri–sendiri tanpa didukung oleh elemen yang lain.
Elemen-elemen yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi, SDM,process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh komponen. Penambahan ketiga komponen tersebut berkaitan dengan sifat jasa dimana kegiatan produksi atau operasi sampai dengan kegiatan konsumsi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Ø  Produk
Produk secara umum diartikan sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Artinya apa pun wujudnya, selama itu dapat memenuhi keinginan pelanggan dan kebutuhan kita katakan sebagai produk (Kasmir, 2000)
Menurut Kotler (2000, dalam Suheni, 2005) produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan.
Ø  Harga
Harga adalah aspek penting dalam kegiatan bauran pemasaran. Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat, harga sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa. Salah dalam menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. (Kotler, 2000, dalam Suheni, 2005)
Ø  Distribusi
Distribusi adalah usaha melalui saluran pemasaran yang dilakukan untuk menyerahkan produk dari perusahaan atau pemasar kepada konsumen. Saluran pemasaran yang dipilih dapat berupa distribusi langsung, distribusi tidak langsung, atau kombinasi keduanya (Kotler dan Amstrong, 1997, dalam Sari, 2008). Saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan menyalurkan produk dari titik konsumsi (Stanton dan Lamarto, 1991, dalam Sari, 2008). Saluran distribusi dapat dikelompokkan menurut jumlah tingkatan saluran. Saluran distribusi dapat dikelompokkan menurut jumlah tingkatan saluran. Saluran distribusi untuk barang konsumsi terdapat empat tingkatan, yaitu : saluran tingkatan nol, saluran tingkat satu, saluran tingkat dua dan saluran tingkat tiga (Kotler, 1995, dalam Sari, 2008)

Ø  Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya, sehingga akan mendapat perhatian dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Menurut Stanton (1991, dalam Sari, 2008), promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
Ø  Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan implementasi dari paradigma pembangunan berkelanjutan yang pada saat ini telah diterima sebagai agenda politik-ekonomi pembangunan untuk semua negara di dunia. Pengertian bakunya pertama kali dipopulerkan dalam Laporan Komisi Dunia Tentang Lingkungan dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development) tentang Masa Depan Bersama (Our Common Future), bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi masamendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka (Mitcheel et al., 2000 dalam Akbar, 2006). Pembangunan berkelanjutan merupakan produk etika politik pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dimana paradigma ini kini berusaha mengkoreksi atau menyingkirkan paradigma developmentasi (pertumbuhan ekonomi dengan pendekatan GNP) yang sangat antroposentris, yakni manusia dianggap sebagai pusat alam semesta dan memiliki nilai yang paling utama/paling penting (Keraf, 2000 dalam Akbar, 2006). Pendekatan inilah yang ditunjuk menjadi penyebab kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai akibat dari eksploitasi yang berlebihan untuk kepentingan ekonomi.
Selanjutnya Salikin (2003, dalam Akbar, 2006), mengatakan sistem pertanian berkelanjutan juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan sumberdaya alam dengan mempertimbangkan 3 (tiga) aspek berikut :
Ø  Kesadaran Lingkungan
Sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
Ø  Bernilai Ekonomis
Sistem budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangtan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pendek dan jangka panjang serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
Ø  Berwatak Sosial Atau Kemasyarakatan

Sistem pertanian harus selaras dengan norma-norma sosial dan budaya yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya
Dari kasus di atas kita dapat melihat bahwa kasus utama yang menimpa petani lokal adalah margin tataniaga yang ada di tingkat petani dan pedagang (baik pengumpul maupun pedagang pengecer). Margin tataniaga sendiri adalah perbedaan harga ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer. Margin tataniaga juga dapat diartikan sebagai perbadaan atau jarak vertikal antara kurva permintaan ( atau kurva penawaran ). Pengertian margin tataniaga ini hanya mengacu pada perbedaan harga dan tidak menyatakan jumlah produk yang dipasarkan (Dahl dan Hammond, 1977 dalam Marharany, 2007 ).
Menurut Sudiyono, 2002 dalam Marharany, 2007, komponen marjin tata niaga ini terdiri dari : 1) biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi tata niaga yang disebut biaya tata niaga atau biaya fungsional dan 2) keuntungan (profit) lembaga tata niaga. Limbong dan Sitorus (1985) mengungkapakan bahwa sifat umum dari margin tata niaga yaitu :
1.        Marjin tata niaga berbeda beda antara satu komoditi pertanian denga komoditi lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari pintu gerbang petani sampai ke tingkat pengecer untuk konsumen akhir .
2.        Marjin tata niaga produk pertanian cendrung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang diterima petani
3.        Marjin tataniaga relatif stabil dalam jangka pendek terutama dalam hubungannya dengan berfluktuasinya harga harga-harga produk hasil pertanian.
Pada permasalahan di atas pola saluran pemasaran yang pertama merupakan bentuk saluran pemasaran langsung. Pola saluran pemasaran seperti ini disebut juga saluran pemasaran nol tingkat karena pada pola ini petani langsung menjual komoditas pisangnya pada konsumen lokal tanpa perantara pemasaran. Konsumen lokal pada saluran ini adalah masyrakat sekitar yang bertempat tinggal delkat petani tersebut. Pola saluran ini digunakan seeskali waktu oleh petani sangat tergantung pada permintaan konsumenlokal.
Pola saluran pemasaran kedua diguanakan sebanyak 15,40% dari total 55 petani responden. Pada pola ini petani menjual komoditas hasil taninya kepada tengkulak dengan sistem borongan di kebun.dengan sistem in petani tidak perlu melakaukan kegiataan pemanenan dan pasca panen Karena kegiatan tersebut dialakukan oleh tengkulak. Tengkulak selalu menjual komoditas pertanian tersebut kepada para pedagang pasar lokal. Pedagang lokal ini bertindak sebagai pedagang pengecer yang menjual kepada konsumen lokal. Pola saluran pemasaran kedua merupakan pola pemasaran semi langsung dengan tengkulak dan pedangang lokal selaku perantara pemasaran.
Pola saluran ketiga merupakan pola saluran pemasaran tidak langsung dengan banyak pihak yang bertindak selaku perantara pemasaran sehingga saluran ini merupakan saluran terpanjang dibandinglkan saluran pemasaran lainnya. Ada empat pihak selaku perantara pemasaran dalam pola ini yaitu tengkulak, pengumpul lokal, pengumpul regional dan pengecer regional. Saluran pemasaran ini merupakan saluran pemasaran yang paling banyak digunakan oleh petani responden
Proses pendistribusian komoditas pertanian pada saluran pemasaran keempat diklakukanmelalui tahapan sebagai berikut yaitu dari petani ke tengkulak kemudian ke pedagang pengecer regional hingga akhirnya ke konsumen akhir. Pada pola ini para petani menjual komoditas usaha tani kepada tengkulak dengan sistem borongan kebun, kemudian tengkulak akan menjual kembali komoditas tersebut kepada para pedagang pengecer regional. Pedagang pengecer regional dalam hal ini adalah para pedagang yang menjual komoditas pertanian di wilayah tertentu. Selain empat pola saluran di atas, ada juga, petani yang hanya menggunakan komoditas pertanian mereka untuk keperluan sendiri.
Untuk itulah diperlukan perbaikan dalam sistem distribusi produk agar distribusi menjadi lebih efisien dengan cara merubah pola pemasaran (memotong alur distribusi menjadi dari petani - konsumen). Dengan semakin efisiennya distribusi yang ada akan menyebabkan peningkatan pendapatan petani. Selain itu cara lain untuk memperkecil marjin tataniaga diperlukan pendidikan dan penyuluhan kepada petani mengenai klasifikasi dalam pemasaran (seperti yang telah disebutkan pada tinjauan pustaka). Dengan adanya segmentasi pasar diharapkan petani dapat memilah dan mengolah sendiri produk yang akan dijual, sama seperti yang dilakukan oleh para pedagang pengumpul dan pengecer. Sehingga pendapatan petani yang tadinya berbeda jauh dengan yang didapatkan oleh pedagang pengumpul dan pengecer dapat menjadi lebih kecil perbedaannya (marjin tataniaga mengecil) serta membangun kemandirian petani.
Dari segi promosi, pemerintah daerah diharapkan dapat membantu para petani dalam mempromosikan produk pertanian yang telah mereka hasilkan agar peran pedagang pengumpul dan pedagang pengecer dapat dikurangi dan dapat mengangkat nama daerahnya dimata masyarakat daerah lain. Sedangkan peningkatan pendapatan melalui segi produk dapat diperoleh melalui peningkatan produktivitas dan kualitas.
Apabila telah dilakukan perbaikan terhadap sistem pemasaran yang ada maka pemerintah dapat menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan kepada masyarakat. Karena dengan meningkatkan kesejahteraan petani melalui faktor- faktor di atas diharapkan masyarakat akan tertarik untuk menekuni bidang pertanian Indonesia.

Ø  Tinjauan Tataniaga (Marketing) Hasil Pertanian

v  .      Tata niaga sebagai suatu proses
Menyoroti gerakan perpindahan barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan perlakukan yang dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual petani, dibeli pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena, dipacking dalam kantong plastik, botol atau kaleng, dipetikan dan dikirim kedaerah lain atau eksport dan seterusnya.
v  Tata niaga sebagai suatu sistem
Meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu sistem tata niaga tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing. Jadi suatu sistem tata niaga terdiri dari berbagai sistem ataupun subsistem pengorganisasiannya. Misalnya suatu saluran tata niaga, atau suatu mata rantai tata niaga (channel of marketing) bisa terdiri dari satu atau beberapa lembaga tata niaga perantara. Dapat pula dengan memakai saluran tunggal (sole agent) atau koperasi.

v  Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi.
Sebagai aktivitas ekonomi peninjauan dari segi ini selalu menyoroti kegiatan yang produktif oleh sebab itu tinjauan dari segi ini, tataniaga dianggap atau dipandang sebagai bagian dari kegiatan produksi, dalam arti kata yang luas.
v  Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi.
Masyarakat selalu “berobah” dalam arti kata berkembang sesuai dengan kemajuan-kemajuan jaman. Perkembangan teknologi akan membawa dampak (positif dan negatif) terhadap sosial, budaya, sosial-politik, sosial ekonomi, preferensi dan lain-lain. Spesialisasi misalnya akan merobah pola pembagian kerja dan lain-lain. Tuntutan sektor konsumen turut pula mengalami perobahan atau penyusuaian atas perubahan-perubahan tersebut, sehingga “jarak” antara sektor produsen kegiatan sektor konsumenpun menjadi semakin “jauh”, sehingga semakin besar dan penting pula peranan tata niaga. Timbullah badan-badan usaha (Perseroan Terbatas, Firma, CV, Koperasi, Assosiasi, dll) yang menspesialisasi diri dari berbagai profesinya dan didalam masyarakat terjadilah semacam pembagian peranan pihak swasta, perorangan, badan dan pemerintah.
v  Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (business).
Munculnya bentuk-bentuk spesialisasi menuntut penataan, pengorganisasian, pembiayaan, pengolahan, perencanaan, dan lain-lain yang satu persatu menjadi komponen yang khusus. Badan- badan yang bergerak dalam bidang niaga diarahkan dan dikontrol para manajer untuk mengendalikan perusahaannya. Sebagian dari unit perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga bersama-sama dengan kegiatan produksi. Misalnya PND/PTP ada biro atau bagian pemasaran bersama.
v  Tata niaga sebagai suatu kegiatan unit perusahaan.
            Sebagai salah satu bagian dari unit perusahaan tata niaga sifatnya operasional. Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata niaga diorganisasikan dalam berbagai unit yang lebih kecil yang mengkhususkan diri, seperti bagian iklan, langganan, penjualan, pergudangan, penelitian pasar, pengembangan, dan lain-lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar