Berdasarkan
pengertian tataniaga diatas maka didefinisikan pengertian tataniaga pertanian
secara umum, yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan hak
milik dan fisik barang–barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen
termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan.
Ø Strategi Pemasaran
Menurut Kotler (1997, dalam Sari, 2008) pemasaran adalah
suatu proses dan manajerial dimana individu-individu dan kelompok-kelompok
mendapat apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran
dan pertukaran produk-produk yang bernilai. Pemasaran memperhatikan hubungan
timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan
kebutuhan konsumen serta aktivitas pesaing.
Rangkuti (2006, dalam Sari, 2008) mendefiniskan pemasaran
sebagai proses kegiatan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial, politik,
budaya, ekonomi dan manajerial. Akibat dari pengaruh berbagai faktor tersebut
adalahmasing-masing individu maupun kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang memiliki nilai
komoditas.
Pemasaran diawali dengan pemahaman tentang kebutuhan,
keinginan dan permintaan konsumen akan produk dimana konsumen mengharap nilai
produk tersebut bermanfaat serata sesuai dengan biaya atau pengorbanan yang
dikeluarkan. Produk tersebut dapat dijumpai di pasar dalam sebuah transaksi
dengan produsen atau pemasarnya.
Ø Unsur Strategi Persaingan
Rangkuti (2006, dalam Sari, 2008) mengklasifikasikan
unsur-unsur utama dalam pemasaran sebagai berikut:
a.
Segmemtasi pasar
Segmentasi
pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membetuk kelompok pembeli atau
konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki
karakteristik, kebutuhan produk dan bauran pemasaran tersendiri
b. Targeting
Targeting
adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan memasuki
dan ditunjukkan untuk pembeli.
c. Positioning
Positioning
adalah penetapan posisi pasar yaitu suatu tindakan yang membangun dan mengkomunikasikan
manfaat pokok istimewa dari produk di dalam pasar. Pengertian ini mengandung
makna tempat suatu produk atau merek sekelompok produk di dalam benak konsumen
relatif terhadap penawaran pesaingnya.
Ø Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran menurut Kasmir (2000) merupakan kegiatan
pemasaran yang dilakukan secara terpadu. Artinya elemen-elemen yang ada dalam
bauran pemasaran itu sendiri. Setiap elemen tidak dapat berjalan
sendiri-sendiri tanpa didukung oleh elemen lain. Setiap elemen itu tidak dapat
berjalan sendiri–sendiri tanpa didukung oleh elemen yang lain.
Elemen-elemen
yang ada dalam bauran pemasaran adalah produk, harga, tempat, promosi,
SDM,process dan customer service, sehingga secara keseluruhan terdapat tujuh
komponen. Penambahan ketiga komponen tersebut berkaitan dengan sifat jasa
dimana kegiatan produksi atau operasi sampai dengan kegiatan konsumsi merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang tidak dapat dipisahkan.
Ø Produk
Produk secara umum diartikan sebagai sesuatu yang dapat
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Artinya apa pun wujudnya, selama
itu dapat memenuhi keinginan pelanggan dan kebutuhan kita katakan sebagai
produk (Kasmir, 2000)
Menurut Kotler (2000, dalam Suheni, 2005) produk merupakan
sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk
dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan.
Ø
Harga
Harga adalah aspek penting dalam kegiatan bauran pemasaran.
Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat, harga
sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa. Salah dalam menentukan harga
akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. (Kotler, 2000, dalam
Suheni, 2005)
Ø Distribusi
Distribusi adalah usaha melalui saluran pemasaran yang
dilakukan untuk menyerahkan produk dari perusahaan atau pemasar kepada
konsumen. Saluran pemasaran yang dipilih dapat berupa distribusi langsung,
distribusi tidak langsung, atau kombinasi keduanya (Kotler dan Amstrong, 1997,
dalam Sari, 2008). Saluran distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan
semua kegiatan menyalurkan produk dari titik konsumsi (Stanton dan Lamarto,
1991, dalam Sari, 2008). Saluran distribusi dapat dikelompokkan menurut jumlah
tingkatan saluran. Saluran distribusi dapat dikelompokkan menurut jumlah
tingkatan saluran. Saluran distribusi untuk barang konsumsi terdapat empat
tingkatan, yaitu : saluran tingkatan nol, saluran tingkat satu, saluran tingkat
dua dan saluran tingkat tiga (Kotler, 1995, dalam Sari, 2008)
Ø Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang
dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan keunggulan produknya, sehingga
akan mendapat perhatian dari konsumen terhadap produk yang dihasilkan. Menurut
Stanton (1991, dalam Sari, 2008), promosi adalah arus informasi atau persuasi
satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada
tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran.
Ø
Pertanian
Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan implementasi dari
paradigma pembangunan berkelanjutan yang pada saat ini telah diterima sebagai
agenda politik-ekonomi pembangunan untuk semua negara di dunia. Pengertian
bakunya pertama kali dipopulerkan dalam Laporan Komisi Dunia Tentang Lingkungan
dan Pembangunan (World Commission on Environment and Development) tentang Masa
Depan Bersama (Our Common Future), bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi masa kini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi masamendatang untuk mencukupi kebutuhan mereka (Mitcheel et
al., 2000 dalam Akbar, 2006). Pembangunan berkelanjutan merupakan produk etika
politik pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan dimana paradigma ini kini
berusaha mengkoreksi atau menyingkirkan paradigma developmentasi (pertumbuhan
ekonomi dengan pendekatan GNP) yang sangat antroposentris, yakni manusia
dianggap sebagai pusat alam semesta dan memiliki nilai yang paling utama/paling
penting (Keraf, 2000 dalam Akbar, 2006). Pendekatan inilah yang ditunjuk
menjadi penyebab kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai akibat dari
eksploitasi yang berlebihan untuk kepentingan ekonomi.
Selanjutnya
Salikin (2003, dalam Akbar, 2006), mengatakan sistem pertanian berkelanjutan
juga berisi suatu ajakan moral untuk berbuat kebajikan pada lingkungan
sumberdaya alam dengan mempertimbangkan 3 (tiga) aspek berikut :
Ø Kesadaran Lingkungan
Sistem budidaya pertanian tidak boleh menyimpang dari sistem
ekologis yang ada. Keseimbangan adalah indikator adanya harmonisasi dari sistem
ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
Ø Bernilai Ekonomis
Sistem
budidaya pertanian harus mengacu pada pertimbangtan untung rugi, baik bagi diri
sendiri dan orang lain, untuk jangka pendek dan jangka panjang serta bagi
organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
Ø Berwatak Sosial Atau Kemasyarakatan
Sistem pertanian harus selaras dengan norma-norma sosial dan
budaya yang dianut dan dijunjung tinggi oleh masyarakat disekitarnya
Dari
kasus di atas kita dapat melihat bahwa kasus utama yang menimpa petani lokal
adalah margin tataniaga yang ada di tingkat petani dan pedagang (baik pengumpul
maupun pedagang pengecer). Margin tataniaga sendiri adalah perbedaan harga
ditingkat petani dengan harga ditingkat pengecer. Margin tataniaga juga dapat
diartikan sebagai perbadaan atau jarak vertikal antara kurva permintaan ( atau
kurva penawaran ). Pengertian margin tataniaga ini hanya mengacu pada perbedaan
harga dan tidak menyatakan jumlah produk yang dipasarkan (Dahl dan Hammond,
1977 dalam Marharany, 2007 ).
Menurut
Sudiyono, 2002 dalam Marharany, 2007, komponen marjin tata niaga ini terdiri
dari : 1) biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan
fungsi-fungsi tata niaga yang disebut biaya tata niaga atau biaya fungsional
dan 2) keuntungan (profit) lembaga tata niaga. Limbong dan Sitorus (1985)
mengungkapakan bahwa sifat umum dari margin tata niaga yaitu :
1.
Marjin tata niaga berbeda beda
antara satu komoditi pertanian denga komoditi lainnya. Hal ini disebabkan
karena perbedaan jasa yang diberikan pada berbagai komoditi mulai dari pintu
gerbang petani sampai ke tingkat pengecer untuk konsumen akhir .
2.
Marjin tata niaga produk pertanian
cendrung akan naik dalam jangka panjang dengan menurunnya bagian harga yang
diterima petani
3.
Marjin tataniaga relatif stabil
dalam jangka pendek terutama dalam hubungannya dengan berfluktuasinya harga
harga-harga produk hasil pertanian.
Pada permasalahan di atas pola saluran pemasaran yang
pertama merupakan bentuk saluran pemasaran langsung. Pola saluran pemasaran
seperti ini disebut juga saluran pemasaran nol tingkat karena pada pola ini
petani langsung menjual komoditas pisangnya pada konsumen lokal tanpa perantara
pemasaran. Konsumen lokal pada saluran ini adalah masyrakat sekitar yang
bertempat tinggal delkat petani tersebut. Pola saluran ini digunakan seeskali
waktu oleh petani sangat tergantung pada permintaan konsumenlokal.
Pola saluran pemasaran kedua diguanakan sebanyak 15,40% dari
total 55 petani responden. Pada pola ini petani menjual komoditas hasil taninya
kepada tengkulak dengan sistem borongan di kebun.dengan sistem in petani tidak
perlu melakaukan kegiataan pemanenan dan pasca panen Karena kegiatan tersebut
dialakukan oleh tengkulak. Tengkulak selalu menjual komoditas pertanian
tersebut kepada para pedagang pasar lokal. Pedagang lokal ini bertindak sebagai
pedagang pengecer yang menjual kepada konsumen lokal. Pola saluran pemasaran
kedua merupakan pola pemasaran semi langsung dengan tengkulak dan pedangang
lokal selaku perantara pemasaran.
Pola saluran ketiga merupakan pola saluran pemasaran tidak
langsung dengan banyak pihak yang bertindak selaku perantara pemasaran sehingga
saluran ini merupakan saluran terpanjang dibandinglkan saluran pemasaran
lainnya. Ada empat pihak selaku perantara pemasaran dalam pola ini yaitu
tengkulak, pengumpul lokal, pengumpul regional dan pengecer regional. Saluran
pemasaran ini merupakan saluran pemasaran yang paling banyak digunakan oleh
petani responden
Proses
pendistribusian komoditas pertanian pada saluran pemasaran keempat
diklakukanmelalui tahapan sebagai berikut yaitu dari petani ke tengkulak
kemudian ke pedagang pengecer regional hingga akhirnya ke konsumen akhir. Pada
pola ini para petani menjual komoditas usaha tani kepada tengkulak dengan
sistem borongan kebun, kemudian tengkulak akan menjual kembali komoditas
tersebut kepada para pedagang pengecer regional. Pedagang pengecer regional
dalam hal ini adalah para pedagang yang menjual komoditas pertanian di wilayah
tertentu. Selain empat pola saluran di atas, ada juga, petani yang hanya
menggunakan komoditas pertanian mereka untuk keperluan sendiri.
Untuk
itulah diperlukan perbaikan dalam sistem distribusi produk agar distribusi
menjadi lebih efisien dengan cara merubah pola pemasaran (memotong alur distribusi
menjadi dari petani - konsumen). Dengan semakin efisiennya distribusi yang ada
akan menyebabkan peningkatan pendapatan petani. Selain itu cara lain untuk
memperkecil marjin tataniaga diperlukan pendidikan dan penyuluhan kepada petani
mengenai klasifikasi dalam pemasaran (seperti yang telah disebutkan pada
tinjauan pustaka). Dengan adanya segmentasi pasar diharapkan petani dapat
memilah dan mengolah sendiri produk yang akan dijual, sama seperti yang
dilakukan oleh para pedagang pengumpul dan pengecer. Sehingga pendapatan petani
yang tadinya berbeda jauh dengan yang didapatkan oleh pedagang pengumpul dan
pengecer dapat menjadi lebih kecil perbedaannya (marjin tataniaga mengecil)
serta membangun kemandirian petani.
Dari
segi promosi, pemerintah daerah diharapkan dapat membantu para petani dalam
mempromosikan produk pertanian yang telah mereka hasilkan agar peran pedagang
pengumpul dan pedagang pengecer dapat dikurangi dan dapat mengangkat nama
daerahnya dimata masyarakat daerah lain. Sedangkan peningkatan pendapatan
melalui segi produk dapat diperoleh melalui peningkatan produktivitas dan
kualitas.
Apabila
telah dilakukan perbaikan terhadap sistem pemasaran yang ada maka pemerintah
dapat menerapkan sistem pertanian yang berkelanjutan kepada masyarakat. Karena
dengan meningkatkan kesejahteraan petani melalui faktor- faktor di atas
diharapkan masyarakat akan tertarik untuk menekuni bidang pertanian Indonesia.
Ø Tinjauan Tataniaga (Marketing) Hasil Pertanian
v
. Tata niaga sebagai suatu proses
Menyoroti gerakan perpindahan barang-barang dan jasa-jasa
dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen serta segala kejadian dan
perlakukan yang dialami oleh barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual
petani, dibeli pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena,
dipacking dalam kantong plastik, botol atau kaleng, dipetikan dan dikirim
kedaerah lain atau eksport dan seterusnya.
v Tata niaga sebagai suatu sistem
Meliputi cara, model strategi penyampaian barang-barang dan
jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor konsumen. Rangkaian dari proses
penyampaian itu banyak variasinya, yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya
dan perekonomian masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu sistem
tata niaga tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing. Jadi suatu
sistem tata niaga terdiri dari berbagai sistem ataupun subsistem
pengorganisasiannya. Misalnya suatu saluran tata niaga, atau suatu mata rantai
tata niaga (channel of marketing) bisa terdiri dari satu atau beberapa
lembaga tata niaga perantara. Dapat pula dengan memakai saluran tunggal (sole
agent) atau koperasi.
v Tata niaga sebagai suatu kegiatan ekonomi.
Sebagai aktivitas ekonomi peninjauan dari segi ini selalu
menyoroti kegiatan yang produktif oleh sebab itu tinjauan dari segi ini,
tataniaga dianggap atau dipandang sebagai bagian dari kegiatan produksi, dalam
arti kata yang luas.
v Tata niaga sebagai suatu kegiatan proses sosio-ekonomi.
Masyarakat selalu “berobah” dalam arti kata berkembang
sesuai dengan kemajuan-kemajuan jaman. Perkembangan teknologi akan membawa
dampak (positif dan negatif) terhadap sosial, budaya, sosial-politik,
sosial ekonomi, preferensi dan lain-lain. Spesialisasi misalnya akan merobah
pola pembagian kerja dan lain-lain. Tuntutan sektor konsumen turut pula mengalami
perobahan atau penyusuaian atas perubahan-perubahan tersebut, sehingga “jarak”
antara sektor produsen kegiatan sektor konsumenpun menjadi semakin “jauh”,
sehingga semakin besar dan penting pula peranan tata niaga. Timbullah
badan-badan usaha (Perseroan Terbatas, Firma, CV, Koperasi, Assosiasi, dll)
yang menspesialisasi diri dari berbagai profesinya dan didalam masyarakat
terjadilah semacam pembagian peranan pihak swasta, perorangan, badan dan
pemerintah.
v Tata niaga sebagai suatu kegiatan usaha niaga (business).
Munculnya bentuk-bentuk spesialisasi menuntut penataan,
pengorganisasian, pembiayaan, pengolahan, perencanaan, dan lain-lain yang satu
persatu menjadi komponen yang khusus. Badan- badan yang bergerak dalam bidang
niaga diarahkan dan dikontrol para manajer untuk mengendalikan perusahaannya.
Sebagian dari unit perusahaan itu memerlukan kegiatan tata niaga bersama-sama
dengan kegiatan produksi. Misalnya PND/PTP ada biro atau bagian pemasaran
bersama.
v Tata niaga sebagai suatu kegiatan
unit perusahaan.
Sebagai salah satu bagian dari unit perusahaan tata niaga sifatnya operasional.
Dalam pelaksanaan operasional ini, kegiatan tata niaga diorganisasikan dalam
berbagai unit yang lebih kecil yang mengkhususkan diri, seperti bagian iklan,
langganan, penjualan, pergudangan, penelitian pasar, pengembangan, dan
lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar