Kamis, 28 November 2013

Pengertian Management MBO



Management By objective (MBO)

a.       Peter Drucker
Manajemen By Objectives pertama kali dijelaskan oleh Peter Drucker pada 1954 dalam buku ‘Praktik Manajemen’. Menurut Drucker manajer harus menghindari ‘kegiatan perangkap’, sehingga mendapatkan mereka terlibat dalam kegiatan sehari-hari mereka lupa bahwa mereka tujuan utama atau tujuan. Salah satu konsep MBO adalah bahwa alih-alih hanya beberapa top-manajer, semua manajer sebuah perusahaan harus berpartisipasi dalam proses perencanaan strategis, dalam rangka untuk meningkatkan implementability dari rencana. Lain dengan konsep Manajemen By Objectives adalah, bahwa manajer harus melaksanakan berbagai kinerja ystem, yang dirancang untuk membantu organisasi agar berfungsi dengan baik. Jelas, Manajemen By Objectives dapat dipandang sebagai pendahulu dari Manajemen Berbasis Nilai. 
b.      Koontz
“Sistem manajerial yang komprehensif yang memadukan banyak aktivitas penting dengan sistematis, dan secara sadar diarahkan untuk mencapai sasaran organisasi dan individu.”
c.       Stooner
“Suatu proses peran serta secara aktif melibatkan para manajer dan anggota staf pada setiap tingkat organisasi, yang dimulai dari penetapan sasaran hingga peninjauan kembali hasil pelaksanaannya.”
d.      Gale Encyclopedia of Small Business
“A process in which a manager and an employee agree upon a set of specific performance goals, or objectives, and jointly develop a plan for reaching them. The objectives must be clear and achievable, and the plan must include a time frame and evaluation criteria.”
Jadi kesimpulannya Management by Objectif  adalah suatu proses dimana seorang manajer dan anggota teamnya berusaha untuk mencapai suatu tujuan yang terencana,dengan cara sistematis untuk mencapainya, dan telah disusun bersama sebelumnya ,untuk meningkatkan kemampuan anggota team itu sendiri,serta tercapainya tujuan/target utama organisasi tersebut.


2.    Konsep Management By Objective (MBO)

KONSEP MBO :
Adalah sebuah kesepakatan formal antara pimpinan dan bawahan dalam hal :
            1. Tujuan yang ingin dicapai oleh setiap bagian / bawahan (subordinates);
            2. Perencanaan yang akan dilakukan
            3. Standard pengukuran keberhasilan pencapaian tujuan
            4. Prosedur untuk mengevaluasi keberhsilan pencapaian tujuan.

Diperkenalkan oleh Peter Drucker pada akhir tahun 1950
Dilaksanakan berdasarkan asumsi dasar, bahwa apa yang terjadi dilapangan belum tentu sesuai dengan apa yang dipahami oleh pimpinan. Pimpinan seringkali lebih berfungsi dalam penetapan kebijakan, adapun yang bersifat teknis biasanya dilakukan oleh bawahan.
Partisipasi aktif semua pihak dalam organisasi adalah kunci penting keberhasilan pendekatan MBO dalam perencanaan organisasi.

3.    Sistem Management by Objective yang efektif

a.    Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.

b.    Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.


c.    Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.

d.    Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.


e.    Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.

f.     Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan tujuan.


4.    Kebaikan dan kelemahan Management By Objective (MBO)

Kebaikan:
a.    Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari organisasi.
b.    Membantu manajer membuat tujuan dan sasaran.
c.     Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan
d.    Membuat proses evaluasi.

       Kelemahan:
a.    Kelemahan yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan biaya yang
besar.
b.   Dalam hal pengembangan dan implementasi program-program MBO.
Unsur unsur system efektifitas Management By Objective (MBO)

a.    Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO

b.    Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga, sehingga tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal

c.    Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.

d.    Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka semua pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna.

5.    Metode SMART

Manajemen By Objectives juga memperkenalkan metode “SMART” untuk memeriksa keabsahan tujuan. Membuat target dengan pertimbangan – pertimbangan memang cukup sulit. Untuk mempermudahnya,bisa menggunakan metode S.M.A.R.T. Berikut penjelasannya :
S untuk specific. Target yang dibuat harus spesifik,detail.Alih – alih membuat target seperti :
Contoh 1 : “Meningkatkan score kepuasan pelanggan.” tapi buatlah seperti :
Contoh 2 : “Meningkatkan score kepuasan pelanggan sebesar 30 point dari sebelumnya menggunakan survey kepuasan pelanggan.”. Saat kita tahu lebih detail apa yang kita inginkan,akan lebih mudah untuk mencapainya.
M untuk measurable. Dari contoh kalimat kedua terlihat faktor M,measurable. Kepuasan pelanggan ini dapat diukur melalui survey pelanggan yang bisa diadakan Lembaga Survey ato perusahaan bisa melakukan survey sendiri.
A untuk achievable. Faktor paling pentig untuk membuat suatu target yaitu,bisa dicapai.Jangan membuat suatu target yang tidak bisa kita capai. Ada beberapa orang yang sengaja membuat target diluar batas kemampuannya dengan alasan “aim high,to break the limit”,terdengan begitu memotivasi memang,hanya saja cara seperti ini bisa membuat individu frustasi,saat target tersebut tidak tercapai. Apabila kita merasa kemampuan kita 7 dari skala 10,kita bisa memasang target 7,paling maksimal.Tidak perlu memaksakan diri untuk menjadi 10 dari 10.
R untuk realistic. Faktor A,membawa kita ke faktor berikutnya,yaitu realistic.Target yang bisa dicapai berhubungan erat dengan realita. Target yang dibuat harus realistis,jangan terlalu mengada – ada. Misalnya target yang ingin dicapai, “Skor kepuasan pelanggan mencapai 100%”. Pasti ada orang yang merasa kecewa,walaupun hanya 0,01%.
T untuk time-based.Faktor akhir untuk target yang bagus adalah time-based. Memiliki tenggang waktu yang pasti mengenai kapan target tersebut akan dicapai. Misalnya, mengikuti contoh kalimat 2, “Meningkatkan score kepuasan pelanggan sebesar 30 point dari sebelumnya menggunakan survey kepuasan pelanggan dalam waktu 6 bulan.” Sebaiknya waktu yang digunakan sama dengan waktu ketika review hasil dari target yang telah dibuat. Sehingga dalam setiap review akan terlihat hasilnya dengan jelas,bagaimana setiap individu berpegang pada komitmen yang telah dibuat.
MBO ini membutuhkan kerja sama. Manajer juga harus berperan aktif dalam membantu,mengarahkan individu dalam mencapai targetnya. Sikap manajer yang otoriter dan malah cenderung pasif akan menggagalkan MBO itu sendiri. Terkadang ada beberapa perusahaan yang menjadikan MBO sebagai alasan agar pegawai bekerja melebih batas wajar (bekerja over time misalnya),dengan dalih supaya target tercapai.
6.    Contoh Kasus Management By Obejective (MBO)

1.     Perusahaan A merupakan perusahaan distributor tekstil. Perusahaan ini telah menetapkan target bahwa untuk tahun ini akan meningkatkan laba sebesar 30% dari tahun sebelumnya,dan menambah jumlah pelanggan baru sebanyak 20% dari jumlah pelanggan tahun sebelumnya.Berbagai divisi perusahaan membuat target sesuai dengan spesialisasinya masing – masing. Misalnya,salah satu target divisi pemasaran; “memperluas daerah pemasaran sampai ke luar pulau,akan diorientasikan ke Pulau Sumatra,ditargetkan dalam jangka waktu 6 bulan sudah mulai ada pelanggan tetap yang akan terus membeli produk Perusahaan A”. Setiap pegawai pun memiliki target tersendiri yang nantinya akan memiliki andil dalam tercapainya target divisi masing – masing. Misalnya target seorang sales dari divisi pemasaran,”melalui bussines networking saya akan menambah relasi luar pulau,khususnya Sumatra sebanyak 10 relasi dalam jangka waktu 6 bulan”.
   Setelah 6 bulan,akan ada evaluasi terhadap target – target yang telah disusun (yang sebelumnya telah disetujui dan didiskusikan dengan setiap pemimpin divisi).Apa saja yang telah dicapai,apa yang belum tercapai,bagaimana cara memperbaikinya.Setelah 1 tahun berlalu,bisa terlihat hasilnya. Dengan cara ini,pencapain target dan kinerja suatu perusahaan akan terorganisir dengan baik.
2.     Kasus dalam tujuan : MBO di Intel
Sebuah panduan manajer di intel manyadiakan arahan sebagai berikut :
Mulai dengan sebagian kecil tujuan yang dipilih.
Atur tujuan bawahan anda yang sesuai dalam tujuan anda.
Ijinkan bawahan anda untuk mengatur hasil utama mereka sendiri untuk melaksanakan tujuan mereka.
• Penerjunan dari tujuan dan maksud organisasi.
• Tujuan yang spesifik untuk setiap anggota.
• Pembuatan keputusan partisipatif.
• Menegaskan jangka waktu.
• Evaluasi penampilan dan kilas balik.
• Jelaskan tujuan korporasi pada tingkat dewan.
• Analisis tugas manajemen dan menemukan spesifikasi tugas resmi yang mengalokasikan tanggung jawab dan keputusan terhadap para manajer individual.
• Atur penampilan standar.
• Setuju dan atur tujuan spesifik.
• Meluruskan target individual.
• Mendirikan sistem informasi manajemen untuk memonitor pencapaian terhadap tujuan.
Lima Langkah MBO
Tinjauan Tujuan Organisasi
Tinjauan Tujuan Organisasi Operasional berikutnya
Mengatur tujuan karyawan
Pencapai tujuan mendapat bonus Kemajuan dimonitor
Penampilan dievaluasi

3.     Penilaian performansi kerja karyawan ini mengambil lokasi pengamatan di PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom). Posisi/jabatan karyawan yang dijadikan objek penilaian adalah Account Manager (AM). Yang mana AM merupakan ujung tombak Telkom dalam menjual produknya kepada Corporate Customer (CC). Adapun yang dikategorikan sebagai CC oleh Telkom adalah pelanggan yang memberikan kontribusi pendapatan diatas 500 juta rupiah kepada Telkom per tahunnya. Maka dari itu, kedudukan AM menjadi sangat krusial bagi Telkom dalam upaya memenangkan pasar Infokom di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar