Manajemen operasional merupakan persoalan yang menyangkut pengambilan keputusan
(decision making) yang berhubungan dengan kegiatan operasional di dalam merubah
dan menciptakan barang dan jasa yang mempunyai kegunaan lebih daripada bentuk
semula, serta untuk mencapai tujuan organisasi.
Ada empat macam pengambilan keputusan yang sering dihadapi dalam manajemen
operasional.
- Peristiwa yang Pasti (Certainty)
- Peristiwa Tidak Pasti (Uncertainty)
- Peristiwa dengan Risiko (Under Risk)
- Peristiwa Akibat Konflik Antarlembaga (Institusional Conflict)
Data
yang diolah menjadi informasi merupakan unsur terpenting sebagai masukan di
dalam sistem pengambilan keputusan, selanjutnya disalurkan melalaui prosedur
untuk dilakukan peramalan. Hasil dari peramalan yang di peroleh akan merupakan
kumpulan alternatif kemungkinan yang biasa saja terjadi. Setiap alternatif akan
diukur berdasarkan criteria nilai, untuk diklarifikasikan pada tingkat
alternatif, mulai dari peristiwa yang dapat di duga (certainty), berisiko
sampai peristiwa yang tidak dapat di duga (high level of uncertainty). Pada
akhir proses pengambilan keputusan, melalui criteria keputusan yang sudah dapat
di ukur nilai (values) berdasarkan alternatif-alternatif pilihan akan dapat
diambil keputusan dari alternatif terbaik (the best of alternative).
Tipe
Permasalahan dan Keputusan
Permasalahan dan keputusan adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan, dimana
tipe permasalahan akan berhubungan dengan tipe keputusan yang diambil. Sebagai
contoh, keputusan pemesanan kembali persediaan (raw materials) adalah tipe
salah satu permasalahan yang sangat rutin, sebab sudah di definisikan dengan
jelas alternatifnya, dan dengan mudah dapat dikalkulasi serta secara
keseluruhan dapat ditangani melalui prosedur yang baku. Sebaliknya, keputusan
yang menyangkut produk baru (new product) atau pemanfaatan peralatan baru
merupakan permasalahan yang tidak rutin. Secara umum difahami bahwa keputusan
yang tidak rutin biasanya ditangani pimpinan puncak (top management), dan
keputusan rutin ditangani lebih banyak menejer tingkat menengah dan bawah.
Dengan meminjam istilah komputer, tipe-tipe keputusan dapat dikelompokkan dalam
dua kelompok besar (Simon, 1976).
Pertama
:
- Tipe Keputusan yang Terprogram (Programmed Decision), dan
- Tipe Keputusan yang Tidak Terprogram (Unprogrammed Decision).
Kedua
:
- Tipe Keputusan dengan Kondisi Pasti (Certainty Decision), dan
- Tipe Keputusan Berisiko dan Tidak Pasti (Under Risk and Uncertainty)
Tipe
Keputusan yang Terprogram (Programmed Decision)
Keputusan yang terprogram adalah keputusan yang terstruktur dengan baik dan
sifatnya berulang-ulang berdasarkan kebiasaan, aturan main atau prosedur baku.
Karena permasalahan seperti ini sering muncul dalam organisasi maka prosedur
baku sangat diperlukan. Sekarang ini terjadi perkembangan pesat dalam keputusan
yang terprogram sebagai akibat penggunaan computer yang mendasari system
informasi dan teknik matematika yang disebut penelitian operasional (operation
research).
Model matematis yang ditopang program komputer dapat digunakan untuk
mendeskripsi dunia nyata atau masalah yang dihadapi dan dapat ditelusuri
pengambilan keputusannya.
Analisa hirarkhi proses (AHP) salah satu contoh model keputusan yang terprogram
yang mendapat banyak perhatian, untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan penentuan prioritas dan alokasi sumber daya atau pemilihan
alternative proyek-proyek lainnya.
Tipe
Keputusan Tidak Terprogram (Unprogrammed Decision)
Tipe keputusan tidak terprogram adalah keputusan yang berhubungan dengan
masalah-masalah yang unik atau di luar kebiasaan. Jika muncul masalah yang
tidak mampu diliput oleh kebijakan-kebijakan atau mungkin sangat memerlukan
perlakuan khusus, maka permasalahan tersebut harus ditangani atau diselesaikan
dengan tipe keputusan yang tidak terprogram. Misalnya masalah perluasan usaha
perusahaan dan pelemparan produk baru ke pasaran (new product), peraturan atau
kebijakan baru dari pemerintah (regulasi dan deregulasi), biasanya sangat sulit
dideteksi atau deprogram, sebab terlalu banyak factor yang terlibat dan
mempengaruhi perilaku factor tersebut.
Keadaan
seperti ini, seorang pengambil keputusan harus mampu memberikan
pertimbangan-pertimbangan (judgement), intuiasi (intuition), dan kreativitas
(Creativity) di dalam pendekatan heuristics (Tannembaum, 1968).
Pertimbangan dan intuisi umumnya muncul dari sejumlah pengalaman seseorang.
Keduanya merupakan pengetahuan manajerial dan bakat yang disebut sebagai
“kearifan yang tersaring” (disilled wisdom).
Pengambilan keputusan kreatif terjadi bila lingkungan yang dinamis banyak
mendatangkan masalah-masalah yang tidak terstruktur bagi organisasi, sehingga
kreativitas sangat bernilai di dalam keputusan yang tidak terprogram. Konsep
ini yang mendasari kemunculan ide-ide yang asli dan murni, karena konsep ini
melibatkan cara yang unik dalam memandang sebuah permasalahan atau alternatif
pemecahan.
Kreativitas
dilihat dari segi perseorangan, atau individu dan organisasi.
Kreativitas Perorangan; pertanyaan selalu muncul yaitu apa yang membuat
seseorang kreatif?. Jawaban pertanyaan ini sebagian besar diarahkan kepada
sejumlah karakteristik umum yang biasanya dimiliki oleh seseorang (Kelly,
1965). Karakteristik seseorang yaitu ketidaktergantungan kepada orang lain
adalah orang-orang cerdas; memiliki keinginan yang tinggi, wawasannya terbuka
dan objektif, memiliki aspirasi yang tinggi, serta secara relatif memiliki
pengendalian diri.
Kreativitas Organisasi; dimana iklim dan struktur organisasi
mempengaruhi perkembangan seseorang melihat kreasi. Faktor pengawasan atau
supervise mempengaruhi peningkatan kreativitas, bila supervise memiliki
kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan di antara bawahan (Gordon dan Morse,
1968). Oleh karena itu, salah satu tugas seorang pengawas adalah menciptakan
iklim organisasi yang dapat membangkitkan ide-ide baru. Simon membedakan tipe keputusan
dan teknik pengambilan keputusan, yaitu tradisional dan modern (Stoner, 1992).
Keputusan
dengan Kepastian, Risiko, dan Ketidakpastian (Certainty, Under Risk, and
Uncertainty Decision)
Seorang manajer harus dapat mengalokasikan permasalahan dalam situasi yang
diperkirakan, sampai situasi yang sulit diprediksi. Di dalam teori pengambilan
keputusan dikenal dengan situasi pasti, tidak pasti, dan berisiko.
Situasi pasti (certainty) adalah
keadaan kita mengetahui secara pasti apa yang terjadi di masa yang akan datang.
Kondisi ini terdapat sejumlah informasi yang akurat, dapat diukur, reliabel,
dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan, di mana pengambil
keputusan dapat mengetahui apa yang akan terjadi.
Di dalam ilmu manajemen, secara ideal perhatian utama manajemen puncak
seharusnya dipusatkan pada keputusan yang tidak deprogram, sedangkan manajemen
lini pertama seharusnya memperhatikan keputusan yang terprogram. Manajer menengah
dalam kebanyakan organisasi memusatkan perhatiannya sebagaian besar pada
keputusan yang deprogram, walaupun dalam beberapa hal mereka ikut serta dalam
pengambilan keputusan yang tidak terprogram. Dengan perkataan lain, sifat
frekuensi dan tingkat kepastian yang mengelilingi suatu persoalan harus
menentukan jenjang manajemen manakah yang seharusnya mengambil keputusan.
Sikap
terhadap Risiko dan Kriteria Keputusan
Risiko dan keputusan adalah dua hal
yang sulit dipisahkan, karena keputusan menimbulkan konsekuensi, apakah dalam
bentuk manfaat keuntungan atau bentuk risiko kerugian.
Sikap terhadap risiko pengambil keputusan pada hakekatnya dipengaruhi oleh
sikap pengambil keputusan terhadap risiko yang timbul akibat keputusan
tersebut. Sikap seseorang terhadap risiko dapat dibedakan ke dalam sikap
sebagai penghindar risiko, sikap netral, dan sikap sebagai penantang atau
penggemar risiko.
Kriteria keputusan; secara kuantitatif, sikap seseorang terhadap risiko juga
dapat dikaji melalui kriteria keputusan atau pilihannya pada berbagai
alternatif situasi yang dihadapinya, apakah pengambil keputusan tersebut
optimistic, pesimistik, dan netral (rata-rata).
Optimistik; jika pilihannya dalam mengambil keputusan selalu yang paling
maksimal dan mempunyai keyakinanyang kuat untuk mencapai hasil.
Pesimistik; individu mempunyai berbagai pilihan terhadap kemungkinan
hasil yang diperoleh dan pilihannya paling minimum, yaitu memilih biaya paling
minimum diantara alternatif lain. Bila dengan pilihan ini masih diharapkan
keuntungan yang tinggi walaupun biaya naik, disebut kriteria Minimax.
Netral; jika individu selalu mempertimbangkan alternatif dengan biaya
yang paling minimal, tetapi selalu mengharapkan asil yang wajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar