Heranku pada pada
mata langit
Yang membalas
gerutuku
Tak kalah
sengitnya hari ini
Anak-anak rambut
di ubun-ubun berteriak kegerahan !
Belum lagi
kegerahanku yang kering penat mencaci maki
Satu, dua, tiga, empat, lima
Jam berlalu sudah
Mata di langit
memerah
Ku tatap dingin,
Tak rela dia
ucapkan selamat tinggal
Dia terus
menggapai lweat sinarnya
Sementara
sang waktu menggusur dia pergi
Tinggalkan
suram..suram dan gelap
Tapi tunggu dulu
Kenapa aku tetap
kegerahan ?
Kuraba ubun-ubunku
Dehidrasi rupanya
Tanganku panas,
terasa bagai bara
Wahai…
Hatiku mendidih,
putau menebar gerah
Aku menggeliat,
menggaruk dan menggerutu
Ternayata barang
ini cuman ampah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar